Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Lelaku Ilmu "Gendeng"

Minggu pagi itu Cak Gendon berniat berjalan-jalan dengan putrannya, pakai motor bututnya, tujuannya cuma putar-putar kota Surabaya, agar hati putra bahagia, karena memang sudah lama mereka tidak melakukannya.

Tiba-tiba motor mereka didahului oleh motor lain, motor itu dikendarai sangat kencang. Cak Gendon kaget bukan kepalang, dia kaget bukan karena telah didahului dengan kencang , tetapi oleh seseorang yang dibonceng oleh pengendara itu.

Anda jangan berpikir macam-macam dulu. Yang dibonceng itu bukan mantan pacar Cak Gendon, tetapi seorang lelaki yang “masyaalloh” telanjang bulat, tidak memakai sehelai benangpun, pokoknya “mudo blejet”.

“Yah, lihat itu Yah, orang itu telanjang” tiba-tiba putra cak Gendon, mencoba untuk memberi tahu.

“Ada apa Mas”, jawab cak Gendon balik bertanya, pura-pura tidak tahu.

“Itu, Yah, ada orang telanjang dibonceng orang, di depan itu” jelas putranya.

“Oh, iya Mas” jawab Cak Gendon pendek.

“Siapa yang telanjang itu , Yah?” tanya putranya.

“Entahlah, Mas , Ayah tidak tahu” jawab Cak Gendon.

“Kok gak malu ya Yah” tanya putranya lagi.

“Mungkin dia gila Mas” jawab Cak Gendon.

................................................................................................

Esok harinya Cak Gendon menceritakan apa yang dilihatnya kemarin pada rekan-rekan kerjanya. Bagi Cak Gendon kejadian kemarin itu adalah pemandangan yang luar biasa. Karena orang gila kemarin itu tidak meronta-ronta ketika dibonceng, tetapi dia malah berpegangan erat-erat, layaknya orang normal saja.

“Sampean kok yakin kalau yang telanjang itu laki-laki, apa sampean lihat ….nya? tanya rekan Cak Gendon, sambil senyum-senyum.

“Lagian buat apa juga aku melihat ….nya, kita kan bisa tahu dia itu laki-laki atau wanita, bila kita melihat bentuk tubuhnya” Cak gendon menjawab serius.

“Apa orangnya kerempeng, dan rambutnya panjang gimbal? Tiba-tiba Cak Kodar bertanya.

“Bener Cak” jawab Cak Gendon.

“O…., itu anaknya seorang kyai ” terang Cak Kodar
“Sampean kok tahu” Tanya seorang rekan Cak Gendon penasaran.

“Aku sering ketemu dia” jawab Cak Kodar.

“Jangan salah loh, biarpun orangnya begitu, dia sangat dihormati. Bila dia turun dari kapal ferry orang-orang akan berebut untuk mengantarkannya pulang ke rumahnya, bahkan seseorang akan lebih rela mengantar dia pulang, dari pada mengantar istrinya pulang ke rumah ” Cak Kodar melanjutkan penjelasannya.

“Kenapa bisa sampai begitu Cak” tanya Cak Gendon.

“Masyarakat disana sangat meyakini bila siapa saja yang mau mengantar dia pulang, maka si pengantar akan mendapat berkah” Cak Kodar menjelaskan.

“Wow…sangat luar bisa kharisma sang kyai itu, sehingga anaknya yang nyeleneh begitu dianggap sebagai pembawa berkah” tak terasa mulut Cak Gendon berguman.

“Jangan anggap dia itu gila, karena dia sedang lelaku ilmu” lanjut Cak Kodar lagi.

“Jika dia memang tidak gila, mengapa dia pergi kemana-mana selalu bertelanjang bulat” tanya Cak Gendon.

“Ya….., aku tidak tahu, pokoknya semua orang menganggap dia sedang lelaku ilmu.

“Yah… itu namanya lelaku ilmu gendheng” tiba-tiba Cak Gendon dan rekan-rekan yang lain serentak berkata bersama-sama, sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Sedang Cak Kodar bisa melongo saja.