Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Bondan Takut Ge - Er

Bondan berjalan berduaan saja dengan Darso. Mereka sedang menuju ke sekolah yang lokasinya sudah dekat, tinggal melewati satu blok lagi mereka sudah akan sampai. Mereka siswa kelas tiga di sebuah sekolah menengah atas ,jadi mereka masih anak baru gede. Bondan dan Darso memang bersahabat karib, karena mereka sudah menjadi sahabat sejak sekolah menengah pertama. Mereka sangat mengenal pribadi masing-masing. Walaupun mereka bersahabat karib tetapi dalam urusan prestasi belajar di sekolah, mereka selalu bersaing.

Mereka berjalan sambil bercanda, sesekali mereka tampak sesekali tertawa terbawak-bahak. Walaupun begitu mereka mempunyai sifat yang berseberangan di antara mereka berdua. Jika Bondan adalah remaja yang pendiam dan juga pemalu. Sedang Darso kebalikannya , dia remaja periang, dan suka bercanda.

Saat mereka sedang bercada, dari arah berlawanan tampak seorang gadis remaja sedang berjalan berlawanan arah dengan mereka. Gadis itu berpayung warna pink, tampak senada dengan gaunnya, yang juga memakai gaun berwarna pink juga. Ketika lebih dekat dengan gadis itu, mereka mengenali gadis berpayung pink itu. Gadis itu Ifah, adik perempuan Zuroh, teman sekelas mereka.

Ifah dari jauh tampak sudah senyum-senyum simpul kepada mereka , dia sangat mengenal mereka berdua, karena Bondan dan Darso memang sering bertandang kerumahnya, entah sekedar bermain atau belajar bersama dengan kakaknya,Zuroh. Jika Darso juga senyam-senyum karena bertemu gadis manis itu, sedang Bondan malah diam saja, menampakkan wajah yang tanpa ekspresi.

“Dari mana Fah, sapa Darso “ pada Ifah.

“Habis ngantar Kak Zuroh” jawab Ifah, tapi matanya menatap Bondan. Sedang Bondan diam saja.

“Tumben diantar? tanya Darso lagi.

“Iya, Kak Zuroh kurang enak badan” matanya masih menatap Bondan. Sedang Bondan masih diam saja, tidak berkata sepatah katapun. Entah mengapa Bondan bersikap begitu, padahal bisanya dia juga ramah pada Ifah, walaupun tidak seakrab antara Darso dan Ifah.

“Langsung pulang nih? tanya Darso lagi.

“Iya Kak” jawab Ifah sambil mencuri pandang pada Bondan.

“Hati-hati ya” kata Darso lagi, sambil tersenyum.

“Hati-hati ? emang kenapa kak?, rumahku kan dekat saja.” Ifah balik bertanya.

“Ya…..hati hati saja… jangan sampai kena panas matahari” jawab Darso sambil tersenyum, walaupun agak tergagap.

Setelah itu mereka berlalu , Bondan dan Darso melanjutkan jalannya menuju sekolah, sedang Ifah, pulang ke rumahnya.

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Esok harinya.

“Kamu benar-benar keterlaluan Bondan, masa adikku Ifah kamu perlakukan seperti itu” seru Zuroh kepada Bondan. Zuroh tampaknya sangat marah pada Bondan, sampai-sampai diajaknya Bondan ke sudut sekolah dan mendampatnya.

“Aku kenapa? Aku tidak berbuat apa-apa pada Ifah” Bondan bertanya balik pada Zuroh. Bondan sangat terperangah, karena tiba-tiba Zuroh mendampratnya.

“Apa kamu tidak merasa, jika kamu telah mempermalukan dia? tanya Zuroh dengan nada tinggi.

“Benar Zuroh, aku benar-benar tidak mengerti” jawab Bondan, semakin tidak mengerti.

“Bukankah kamu kemarin bertemu Ifah di jalan?”. tanya Zuroh

“Iya, kemudian apa yang salah?” Bondan balik bertanya. Karena dia benar-benar tidak mengerti.

“Ketika melihat kamu berjalan bersama Darso, dia sudah senyam-senyum karena gembira bertemu kamu, tapi apa yang kamu lakukan, kamu diam saja kaya patung, dia benar-benar malu dengan sikap kamu itu, kamu benar-benar mengabaikannya” terang Zuroh.

“Ee…aku….ee..aku….ee…” Bondan benar-benar tidak bisa menjelaskan sikapnya kemarin.

“Ee…ee…ee…kenapa? Tanya Zuroh, benar-benar galak hari ini. Bondan benar-benar tidak menyangka demikian, karena selama ini Zuroh bersikap lembut padanya.

“Maafkan aku , jika aku memang dianggap salah, aku kemarin mengira kalau Ifah itu senyum-senyum pada Darso” Bondan memberi alasan.

“Kenapa kamu berprasangka begitu?” Tanya Zuroh lagi, bak pertanyaan seorang yang sudah dewasa.

“Soalnya tempo hari Darso bilang sama aku, jika dia sedang naksir Ifah, jadi kupikir dia sudah jadian sama Darso, makanya aku diam saja. Aku takut dikira Ge-Er, aku tahu dirilah, siapa aku ini” jelas Bondan.

“Tahu diri? Emangnya kenapa? Zuroh bertanya lagi.

“Kamu kan tahu sediri, kalau Darso itu wajahnya ganteng dan gagah, sedang aku? Wajahku morat marit gak karuan, tentu aku tidak salah dong jika aku berprasangka Ifah juga naksir Darso” jelas Bondan dengan tersenyum kecut.

“Kamu salah Bondan, adikku Ifah justru naksir kamu, walaupun………” Zuroh tidak melanjutkan kata-katanya.

“Walaupun….apa?” Bondan balik bertanya.

“Walaupun sebenarnya aku juga naksir kamu” kata Zuroh lirih

Bagai disambar geledek di siang bolong, Bondan terdiam, membisu, dia benar-benar tidak bisa bicara begitu mendengar pengakuan Zuroh. Dia tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.