Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Anak Sakit-sakitan, Ganti Nama

Anda pasti tahu ada suatu kepercayaan dan sugesti di masyarakat kita kalau anak sakit-sakitan terus ganti nama, rejeki kagak nomplok kemudian ganti nama. Bahkan ada yang lebih ekstrim , keluarga sakit-sakitan terus pindah agama, ekonomi sakit-sakitan kemudian ganti agama. Anda setuju atau tidak dengan kepercayaan seperti itu monggo kerso

Saat kami menikah, usiaku sudah tiga puluh tiga tahun sedang istriku tiga puluh tahun. Pun begitu kami tidak segera mendapatkan momongan. Setelah menunggu enam tahun lamanya kami diberi amanah oleh Alloh seorang bayi laki-laki yang mungil sebagai belahan jiwa kami.

Bayi mungil sebagai pelepas dahaga kami, bayi mungil sebagai wujud benih cinta kami, bayi mungil sebagai ladang harapan kami, bayi mngil sebagai generasi penerus kami, pendek kata dia adalah karunia Alloh yang paling berharga.

Anda tentu tidak akan heran bila kami memberi nama bayi mungil kami : GADHANG FIRDAUS AL-FATTAH. Kami tidak akan menjelaskan arti nama putra kami kepada pembaca semua, Anda semua bisa meraba –raba apakah makna nama putra kami.

Nama putra kami, nama yang simple, nama yang mudah diingat, orang mudah mengartikan namanya sehingga tidak perlu membuka kamus.

Kami memberi nama putra kami tidak sekedar sebuah nama, karena bagi kami nama itu haruslah mempunyai arti, nama itu adalah sebuah doa, nama tidak untuk bahan ejekan, pendek kata nama itu sakral.

Tuhan mencobai kami dengan memberi sakit pada bayi kami. Baru lim hari menghirup udara dunia dia sudah menderita sakit pernapasan, sesak napas. Saat berusia dua bulan putra kami sakit lagi, dia menderita bronchitis , artinya dia harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Putra kami menjalani rawat inap yang kedua kalinya ketika berusia lima bulan, menderita diare juga bronchitis.

Ada suatu pernyataan dari kepala suster rumah sakit dimana anak kami menjalani rawat inap yang membuat aku gusar, mungkin dia melontarkan pernyataan disebabkan rasa kasihan atau prihatin karena seringnya anak kami keluar-masuk rumah sakit itu.

“ Bu, sebaiknya nama anak ibu diganti saja, biar tidak sakit-sakitan”, Suster itu membuka pembicaraan dengan istriku. Aku menoleh kearah mereka, karena memang tempat berdiri kami berdekatan.

“Kenapa harus diganti Bu”, aku menyahut karena penasaran dengan apa yang ada di benak suster itu.

“ Begini Pak, mungkin anak Bapak keberatan nama, sehingga sakit-sakitan”. Suster itu mencoba menjelaskan.

“Terus terang Bu, saya tidak percaya dengan yang begituan”, aku mengungkapkan tidak sependapatku dengannya.

“Banyak loh Pak, anak yang diganti namanya sekarang sudah tidak pernah sakit lagi”, dia coba meyakinkanku.

“ Itu mungkin kebetulan saja Bu, sakit dan sembuh itu datangnya dari Tuhan”, jawabku lagi.

“Ibu yakin kalau namanya diganti, anak saya nanti tidak akan sakit-sakitan lagi?” aku balik bertanya.

Suster itu menjadi geragapan, mendengar peratanyaanku, aku lihat raut wajahnya menjadi memerah, entah dia malu, atau marah mendengar pertanyaanku.

“Kita kan hanya berusaha Pak, saya cuma memberi saran, jika Bapak tidak setuju, saya mohon maaf”, katanya kalem.

“Bukan begitu Bu, Kami memberi nama anak kami itu dengan nama yang baik, nama itu adalah doa, tentu kami mengharap yang terbaik buat anak kami. Dan kelak dia juga kami harap dapat membanggakan kami, dan berguana bagi kami di dunia dan di akherat.” Aku mencoba menjelaskan kepada suster .

“ Kami juga berusaha, kami membawa dia kerumah sakit ini untuk berobat agar sembuh. Saya juga mohon maaf jika perkataanku tadi kasar dan menyinggung perasaan Ibu”, aku menyambung penjelasanku dengan suara yang rendah.

Setelah itu kami berdiam diri, saling membisu

“Maaf Bu, Saya tinggal sebentar ke canteen untuk sarapan pagi”, aku pamit dan mencoba mencairkan suasana yang beku.

“ Monggo, monggo pak, saya juga akan ke ruangan suster.

Diruangan itu tinggal istriku yang sedang menunggui putraku.

Alhamdulillah dengan seiring waktu, putra kami semakin besar dan daya tubuhnya semakin kuat sekarang sudah tidak sakit-sakitan lagi

19 comments :

  1. iya pakde, kepercayaan itu masih banyak beredar terutama di wilayah jawa. Orag bilang "kabotan jeneng" hehe..

    Padahal sayang bangat kalo diganti udah namanya bagus banget gitu :D

    ReplyDelete
  2. itulah potret negeri ini pak dhe yang masih suka dengan hal² mistis,,hehe

    ReplyDelete
  3. Bener itu PakDe

    GADHANG FIRDAUS AL-FATTAH
    menurutku itu nama yang sangat besar

    ReplyDelete
  4. mungkin jangan lalu mendiskreditkan ke arah negatif masalah nama terkait dengan nasib..karena banyak keyakinan seperti itu tumbuh dengan tidak dibarengi landasan ilmu tauhid yg kuat......perlu dipilah mana yg masuk akal dan yang tidak ..dan yang tidak masuk akal bukan berarti salah, hanya karena akal manusia saja yang terbatas, jadi tidak bisa membuktikannya secara ilmiah. Dalam proses hidup...sering sekali kita menemui hal-hal yang diluar nalar...tapi itu ada dan banyak terbukti...Sekarang tergantung bagaimana kita mendekatkan diri untuk semakin dekat kepada Tuhan untuk meminta sebuah pengertian logis tentang hal-hal yg tidak masuk akal tsb...berupa keyakinan yg semakin mendalam tentang itu semua...bahwa Tuhan itu Maha Kuasa atas segalanya baik logis atau tidak....

    ReplyDelete
  5. Dulu waktu kecil nama Presiden Sukarno adalah Kusno. Ganti nama karena sering sakit2an. Setelah jadi Sukarno malah jadi PResiden ya.

    ReplyDelete
  6. ho oh pak dhe ganti nama dengan nama slamet
    terus slamet terus setiap hari

    ReplyDelete
  7. Untung orang itu ngomong nya sama pakde, coba kalau ngomong sama orang yang aqidahnya setipis kulit ari. Bisa-bisa sebelum susternya beranjak pergi, langsung di ganti nama anak nya :D
    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    ReplyDelete
  8. Wah2.. asik Pak, ceritanya :D hehe.. Salam kenal yah.. sekalian saya follow Pak :D

    ReplyDelete
  9. dalam masyarakat jawa hal itu katanya dikarenakan keberatan nama, sehingga solusinya harus ganti nama alias di-rename... ada-ada saja

    ReplyDelete
  10. teman saya waktu kecil juga bayak yang diganti namanya, aslinya namanya bagus kemudian diganti selamet... katanya biar selamet terus

    ReplyDelete
  11. ada saja cara membius orang untuk mengarahkan kehendaknya sebagaimana yang dilakukan suster itu.

    Terkadang membutuhkan pendekatan tersendiri pada orang-orang yang begitu kuat memegang prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mistis dan leluhur, karena saya mengalaminya. Dengan penjelasan yang sedikit demi sedikit dan dengan penjabaran maupun alasan yang baik, akhirnya mereka akan mengerti maksud kita.

    Benar pak Dhe, nama adalah do'a dan kewajiban orang tua memberikan nama yang baik untuk anak-anaknya.

    ReplyDelete
  12. Berkunjung pagi PakDe
    met beraktifitas ya

    ReplyDelete
  13. saya sudah lima tahun belum punya anak pakde, pakde enam tahun, wah...harus sabar ini. salam buat anak yang kuat.

    ReplyDelete
  14. bener juga pakde..
    banyak temen-temen masa kecil di kampungku juga ganti nama
    dan biasanya memang kemudian jadi lebih baik
    makin sehat, makin lancar rejeki
    tapi aku gak terlalu yakin itu,,

    sedj

    ReplyDelete
  15. kata orang tua kabotan jeneng sehingga sakit sakitan, saya dulu juga seperti itu sampai saya 3 kali ganti nama pak dhe

    ReplyDelete
  16. Di desa saya (dulu) juga ada yang percaya dengan hal semacam itu, Pakde. Entah kalau sekarang. Kalau anak sering sakit-sakitan katanya keberatan nama he.he..

    Kalau saya sih nggak percaya hal begituan, kalau sakit ya itu ujian dari Allah, nggak ada sangkut pautnya dengan nama... karena nama itu adalah do'a dan pengharapan orang tua kepada anaknya.

    Nuwun De.. :)

    ReplyDelete
  17. sangat sedih rasanya bila anak sakit-sakitan
    orang tua bisa jadi ikutan sakit karena kurang istirahat dan banyak pikiran terhadap anaknya

    ReplyDelete
  18. dulu waktu kecil saya juga hampir ganti nama..

    ReplyDelete
  19. Kenapa ya ? Kok ada hubungannya ya ? Saya gak pernah ganti nama, simple dan mudah di ingat, perkenalkan bung, nama saya Robin.

    ReplyDelete