Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Pelesiran di Bandar Udara Juanda

Cak Gendon pagi-pagi sudah sudah bersiap diri dengan motor bututnya. Maklum sang anak semata wayangnya sejak beberapa hari yang lalu selalu merajuk untuk mengajak jalan-jalan. Kebetulan hari hari minggu ini Cak Gendon sedang tidak bekerja alias libur, sehingga dia dapat memanfaatkan waktu liburnya untuk menyenangkan hati belahan hatinya.

“Kita kemana Mas?” tanya Cak Gendon pada putranya , dengan panggilan mesra.

“Terserah Ibu saja , Ayah” jawab putranya dengan wajah berbinar-binar.

“Loh, kok terserah Ibu?, sampean kan yang mengajak jalan-jalan” goda istri Cak Gendon pada putranya.

“Iya Mas, sampean kan yang punya ide jalan-jalan” sambung Cak Gendon, masih menggoda.

“Terserah sampean saja Ayah, pokoknya ke tempat yang belum pernah kita kunjungi” jalab putranya.

Untuk beberapa saat , Cak Gendon diam saja, dia sedang berpikir akan diajak jalan-jalan kemanakah istri dan putranya.

“Ayo, Yah, kita berangkat” putra semata wayangnya merajuk.

“Sebentar Mas, ayah lagi berpikir, kira –kira kemana tujuan kita” jawab Cak Gendon.

Kemudian Cak Gendon men-starter motornya dan mulailah mereka menyusuri jalanan di Surabaya.

“Kita kemana Yah?” tanya istri Cak Gendon.

“Entahlah, kita selusuri saja jalanan , nanti kan akan muncul ide” jawab Cak Gendon enteng.

Setelah beberapa lama berputar-putar menyusuri jalanan kota Surabaya, motor Cak Gendon kemudian di pacu menuju ke arah selatan, sepertinya akan menuju keluar kota.

“Kita kemana Ayah?” tiba-tiba putranya bertanya.

“Kita ke Bandara Juanda saja” jawab Cak Gendon.

“Memang Ayah tahu jalannya? Istrinya bertanya.

“Ayah sih memang belum pernah kesana, tapi kan pasti ada penunjuk arah jalan , kita juga bisa bertanya pada orang” terang Cak Gendon.

“Memang kita boleh masuk area Bandar Udara ?” tanya istrinya lagi.

“Pasti Bolehlah, itukan area untuk umum,Yahh, seandainya tidak boleh , kita berpura-pura saja menjemput keluarga” jawan Cak Gendon enteng-enteng saja.

“Masa menjemput keluarga kok pakai motor Yah” kata istrinya.

“Namanya juga berpura-pura, kita boleh pakai apa saja” kata Cak Gendon sambil ketawa.

Sampailah mereka wilayah Bandar Udara Juanda, Pangkalan Udara Angkatan Laut RI. Cak Gendon sempat ragu , bolehkah motor masuk ke area Bandar Udara Juanda, karena sebenarnya Cak Gendon belum pernah ke Bandar Udara, jadi ini adalah kali pertama dia ke Bandar Udara .

Ketika dilihatnya ada motor lain yang tampak melintas menuju ke arah area bandar udara, Cak Gendon segera mengikuti motor itu dengan menjaga jarak , ini dilakukannya untuk mengamati apa yang dilakukan oleh pengendara itu, sehingga dia bisa bersiap diri. Jadi yang dilakukannya hanyalah sebuah strategi.

“Mas, dimanakah kami dapat melihat pesawat terbang” tanya Cak Gendon pada petugas parkir di area parkir Bandara Juanda.

“Disebelah sana Pak, disana ada anjungan , bangunan tinggi yang disana itu” jawab petugas parkir itu. Petugas parkir itu juga menunjukkan jalan untuk menuju ke sana.

“Terima kasih Mas” Cak Gendon mengucapkan terimakasih karena telah dibantu oleh petugas parkir itu.

“Apakah kita boleh masuk untuk melihat pesawat Ayah” tanya istrinya pada Cak Gendon. Yang menunjukkan rasa ragu dan takut bila di usir dari area bandar udara.

“Percayalah, kita tidak akan di usir oleh petugas, kita akan menjelaskan pada petugas jika anak kita kepingin melihat pesawat terbang yang take off dan landing” kata cak Gendon membesarkan hati istrinya.

Saat sudah sampai di dekat terminal , Cak Gendon agak ragu karena disana ada tertulis “TERMINAL INTERNATIONAL”, Cak Gendon akhirnya mendekati seorang petugas yang disana.

“Maaf Pak, dimanakah kami bisa melihat pesawat yang sedang landing dan take off?” tanya Cak Gendon pada petugas.

“Disana, Pak, di anjungan itu, bapak naik saja ke atas” terang petugas

“Terima kasih Pak” kata Cak gendon , pada petugas itu.

“Ayah, aku malu, jangan –jangan kita sendirian di sana nanti” kata istri Cak Gendon, takut menerima malu karena sendirian di anjungan, dan takut di cap “orang udik”.

“Ayolah kita naik saja ke atas, jangan malu, kita harus memberi pengalaman pada anak kita, biar anak kita tahu seperti apa pesawat terbang itu, dan dia tahu bagaimana pesawat itu akan terbang dan mendarat” kata Cak Gendon menguatkan hati istrinya..

Ketika sampai diatas anjungan, betapa kagetnya istri Cak Gendon, ternyata mereka tidak sendirian, disana ternyata sudah penuh orang dewasa dan anak-anak yang melihat pesawat yang sedang mendarat akan terbang, bahkan ada juga kakek-kakek dan nenek-nenek..

“Ternyata di sini ramai ya Yah, aku kira kita sendirian,ternyata banyak juga orang dari luar kota yang kesini untuk melihat pesawat, bahkan mereka juga membawa bekal makanan dari rumah, ternyata bandara juga bisa untuk pelesiran” kata istri Cak Gendon sambil tersenyum.

“Makanya, kita jangan berkecil hati dulu, sebelum segala sesuatu jelas adanya, kita janganlah selalu merasa rendah diri, belum tentu anggapan kita benar.” Kata Cak Gendon menasehati istrinya.

“Lihat, betapa bahagianya putra kita” kata Cak Gendon pada istrinya sambil memandang putra mereka yang sedang mengawasi pesawat yang sedang landing dan take off.

Setelah puas menyaksikan pesawat pesawat yang landing dan take off, mereka kemudian pulang, dengan terus sambil cerita apa yang telah dilihatnya selama dalam perjalanan pulang.

Esok harinya ketika masuk sekolah kembali, putra Cak Gendon mencerikan pengalamannya saat menyaksikan pewawat terbang yang sedang landing dan take off pada kawan-kawannya.

5 comments :

  1. pengalaman besar untuk seorang anak....orang dewasa pun juga...kalau mendapatkan pengalaman yang pertama di pekerjaan atau lainnya.

    ReplyDelete
  2. enak kalo deket bandara
    ga perlu kaya aku kecil dulu
    cuman bisa liat montor mabur segede nyamuk lewat
    sambil nanyi
    montor mabur njaluk duite
    ora ngei sogok silit...

    ReplyDelete
  3. wah Cak Gendon tinggal ndik Suroboyo malah ndak pernah ke Juanda hhh, lha gimana dengan orang kampung Blitar wkwkwk
    Boleh juga nggih PakDhe, sekali-kali kita ngajak kelurga jalan-jalan ke Bandara sambil rujakan ato bawa bontrot pasti nyaman memberikan pengalaman berharga untuk anak
    Pripun Kabare Pak Dhe ?

    ReplyDelete
  4. wah Cak Gendon tinggal ndik Suroboyo malah ndak pernah ke Juanda hhh, lha gimana dengan orang kampung Blitar wkwkwk
    Boleh juga nggih PakDhe, sekali-kali kita ngajak kelurga jalan-jalan ke Bandara sambil rujakan ato bawa bontrot pasti nyaman memberikan pengalaman berharga untuk anak
    Pripun Kabare Pak Dhe ?

    ReplyDelete
  5. sangat hebat pakde plesiran yg bermanfaat dan gratis pula

    ReplyDelete