Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Ngenger

Mbak Tina dikenal sebagai pengusaha konveksi yang sukses. Walaupun suami mbak Tina seorang pe- en- es, di korp Polisi Pamong Praja istilah kerennya Satpol PP begitulah. Mungkin karena salah urus atau salah manajemen, akhirnya usaha mbak Tina mengalami kebangkrutan.
Yang menggelitik hatiku, salah seorang karyawati mbak Tina masih tetap tinggal di rumah mbak Tina, padahal kawan-kawan yang lain sudah meninggalkannya. Aku mengira bila dia adalah salah seorang keluarganya.
Aku sih tidak pernah menanyakannya, takut dikira “mau tahu urusan orang saja” alias “Keppo”, cuman… pengin tahu saja gituloh.
Kenapa aku berpikiran begitu, karena ketika suatu saat saudara mbak Tina punya hajatan si “karyawati” itu pasti ikut sibuk membantu , istilahnya “entengan tangan”.
Beberapa waktu kemudian , aku perhatikan si karyawati ini setiap pagi pergi meninggalkan rumah mbak Tina dan kembali pulang ketika hari menjelang malam.
Suatu hari tanpa sengaja mbak Tina bertandang ke rumah, karena ada sesuatu urusan. “ kesempatan” ini tak aku sia-siakan, aku lontarkan pertanyaan yang selama ini mengganjal dibenakku.
“Mbak Tina, mbak yang dulu ikut kerja pada sampean itu masih saudara sampeankah?’ tanyaku.
“Yang mana”, ganti mbak Tina balik tanya.
“Itu..loh.., mbak sekarang yang pagi-pagi berangkat dan pulang saat isya’.
“Oh….itu, nama Dewi, kenapa”, terang mbak Tina, terus balik tanya.
“Kelihatannya sekarang sudah bekerja di tempat lain, tapi dia masih tinggal di rumah sampean” aku ungkapkan penasaranku.
“Kalau yang itu, aku sengaja nggandoli dia untuk tetap tinggal di rumah kami, karena aku kasihan sama dia dan aku suka dia karena sangat rajin” terang mbak Tina.
“Ooo gitu toh mbak” gumanku.
“Dia dulu kerja pada orang, kemudian dia aku ajak kerja padaku, namun rupanya keadaan berubah, usahaku mengalami kemunduran dan bangkrut, sedang dia di kota ini tidak punya sanak saudara, kalaupun dia balik lagi ke tempat kerjanya yang dulu dia malu” terang mbak Tina.
“karena dia itu enteng tangannya, dia rajin dan suka membantu” imbuh mbah Tina.
“Sekarang dia sudah dapat kerja lagi ya mbak? Pancingku.
“He-eh, dia sekarang sudah dapat pekerjaan baru, tapi dia aku minta untuk tetap tinggal bersamaku. Kalau dia harus indekost atau kontrak rumah kan mahal, kasian dia, lebih baik dia tinggal bersama kami dan uangnya itu biar dia tabung, bila nanti dia sudah bisa mandiri, pasti aku izinkan dia meninggalkan kami”. terang mbak Tina.
“Ngenger gitu ya mbak?’ kataku sambil tersenyum.
“Boleh dibilang begitu, tapi tidak se- ekstrim itu” timpal mbak Tina sambil tersenyun.
Catatan
Ngenger adalah istilah orang jawa, sedang menurut bahasa bahasa Indonesia ngenger artinya, ikut menumpang hidup dengan cara mengabdi.

11 comments :

  1. kata itu sudah hampir dilupakan orang, kebetulan pakde termasuk generasi lama

    ReplyDelete
  2. saya baru tahu juga nih Ngenger artinya numpang hidup.. Itu masuknya bahasa jawa alus apa kasar ya pakde?..

    ReplyDelete
  3. itu bahasa halus, ngenger: itu numpang hidup dengan cara mengabdikan diri pada sang tuan, raja, pejabat, juragan ato apalah tetapi dari pengabdiannya dia akan mendapatkan peningkatan derajat hidup

    ReplyDelete
  4. ngenger, di tempat saya nggak ada kata itu, tapi sepertinya saya sering dengar dulu, mungkin di tipi

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang biasanya yang sering mengucapkan adalah orang tua-tua kita dahulu

      Delete
  5. Ngenger sama dengan nyolu ga Pak Dhe ?

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. nyolu? pakde juga tidak tahu istilah itu, maaf Kang

      Delete
  6. mending numpang dulu karena namanya juga masih baru bekerja

    ReplyDelete
    Replies
    1. masalahnya orang ngenger itu karena di belum punya kemampuan material atau jabatan

      Delete
  7. Pakde kalau disuruh ngenger sama makluk halus / danyang gitu kira2 sama kayak pesugihan bukan?

    ReplyDelete