Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Kejutan untuk Ayah.

 

 

IMG0081A

Sore hari menjelang senja, aku tiba didepan rumah, setelah seharian sibuk berkerja ( maaf sok sibuk), kini saatnya bagiku untuk bercengkerama dengan anak dan istri. Namun aku tidak melihat seorangpun di dalam rumah. Pintu masih tertutup rapat. Seharusnya aku melihat istriku atau putra semata wayangku untuk membuka pintu sebagaimana biasanya. “ Pada kemana mereka, tumben kok tidak pada kelhatan”, Aku bertanya-tanya dalam hati. “Jangan-jangan………?, aku berpkir munkinkah terjadi sesuatu pada anak-atau istriku. “Ah…tidak!, aku segera menepis semua prasangka. Biasanya bila terjadi sesuatu istriku menelpon memberitahuku.

“ Ayah.. aku punya kejutan untuk ayah”. Tiba-tiba suara putraku mengejutkanku. Dia tiba – tiba muncul dibelakangku, sambil menaiki sepedanya. Plong… legalah hatiku, artinya tidak terjadi sesuatu pada putraku.

“Dimana Ibu?, pintunya kok masih ditutup ?” tanyaku padanya.

“Ibu masih bersih-bersih di rumah Embah” jawab putraku. Aku baru teringat, bila rumah mertuaku baru direnovasi, sehingga perlu berbenah.

“Yah, aku punya kejutan untuk Ayah” sekali lagi putraku mengatakan hal yang serupa dengan tadi, tapi belum aku meresponnya.

“Kejutan apa Mas” tanyaku padanya.

“Masuk saja Yah, nanti Ayah akan melihatnya” jelas putraku.

Aku kemudian memasukkan motorku kedalam rumah, sambil celingukan, mataku menatap kesana – kemari untuk mencari sesuatu yang dikatakan putraku sebagai ‘kejutan’ itu. Tapi aku tidak menemukannya.

“Mana Mas, tidak ada sesuatu di sini”. Tanyaku padanya.

“ Ada Yah, lihat di ruang keluarga”. Jawab putraka, menunjukkan tempatnya.

Aku kemudian berjalan menuju ruang keluarga, dan benar ternyata disana kulihat ‘sesuatu benda’ dan sesuatu itu memang selama ini menjadi impiannya. Benda itu diletakkan di sebelah kanan televisi. Benda itu tampaknya sengaja diletakkan sedemikian rupa sehingga setiap orang, setidaknya aku bisa langsung melihatnya. Sesuatu itu adalah sebuah “PIALA”.

“Selamat Ya Mas, hari ini sampean berhasil mendapatkannya” Aku memberi ucapan selamat kepada putraku, aku menyalaminya dan memberi ciuman pada kedua pipinya serta kecupan pada keningnya. Aku ikut merasakan kebahagiaannya atas jerih payahnya mengikuti perlombaan sebagai wakil sekolahnya. Kemudian aku menatap mata putraku dalam-dalam. Aku melihat dimatanya betapa kebahagian terpancar begitu kuat.

Aku tak perlu bertanya kepadanya “Juara Berapa?”, Bagiku juara I, II, atau III itu tak penting, yang penting bagiku adalah dia merasa bahagia dan bangga dengan apa yang telah diperolehnya.

“Assalamu’alaikum” Aku mendengar suara istri mengucap salam dari luar pintu.

“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawabku menjawab salam darinya.

“Maaf Yah, aku terlambat pulang, aku membatu Embah berbenah” kata istriku menjelaskan keterlambatannya.

“Nggak apa-apa Bu” jelasku, memahami keterlambatannya.

“Oh ya.. sudah melihat piala putra kita? Tanya istriku sambil tersenyum, tampaknya istriku juga sangat berbahagia atas prestasi putra kami.

“Sudah Bu” jawabku.

Kami berdua kemudian memeluk putra kami yang sedang memegangi piala yang telah diperolehnya.

5 comments :

  1. Kisah yang bagus.. Betapa bahagianya orang tua yang memiliki anak berprestasi...

    ReplyDelete
  2. saya dulu nggak pernah ngalami begituan pak de, jadi iri nih

    ReplyDelete
  3. selamat dhe sulas...gimana kabar....??gak pernah nongol nih... :D

    ReplyDelete
  4. selamt yo pakdhe..buat ananda selalu bangga..semoga ananda akan selalu bangga dengan orang tuanya..(^_^)

    ReplyDelete