Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Tidak Tega

Hati Cak Setu sangat cemas, karena hari hampir menunjukkan pukul delapan pagi putra semata wayangnya belum tampak juga. Putra semata wayangnya sudah meninggalkan rumah sekitar pukul lima pagi . Tidak sendirian memang, dia pergi dengan kawan-kawan sepermainannya dengan menggunakan sepeda kayuh.

Saat ini memang masa liburan anak sekolah, jadi mereka memanfaatkan waktu liburan dengan bermain bersama kawan-kawannya. Terutama putra Cak Setu, bila kawan-kawan sekolahnya masa liburan digunakan untuk pergi kerumah kakek atau neneknya di desa, tidak demikiaan dengan putra Cak Setu, dia masih berkutat di Surabaya saja, karena memang tidak punya kerabat di desa. Karena Cak Setu dan istrinya memang asli arek Surabaya.

Cak Setu agak kesal juga pada putra semata wayangnya, bagaimana tidak kesal, bila waktu sekolah sangat susah untuk bangun pagi, jangankan bangun pagi sendiri, sudah dibagunkan saja sulitnya bukan main. Tapi sekarang saat musim liburan , tanpa dibangunkanpun sudah bangun pagi.

Yang membuat kesal dan cemas Cak Setu adalah karena putra Cak Setu baru kelas tiga sekolah dasar , jadi masih kecil. Dia takut bila terjadi sesuatu yang diinginkan menimpa putranya, namanya juga putra semata wayang.

“Kira-kira kemanakah putra kita bermain ya Bu” Tanya Cak Setu pada istrinya.

“Entahlah Yah, kemarin sih dia cerita sama aku, katanya dia bermain dengan kawan-kawannya di bozem” jawab istrinya.

Hati Cak Setu semakin tidak karu-karuan, gudah gulana dan berdebar-debar, karena bozem tempat tempat yang rawan, karena beberapa hari yang lalu telah membawa korban, dimana ada seorang anak yang seusia putranya ,bermain-main disana yang kemudian terpeleset hingga jatuh kedalam sungai.

“Aku keluar dulu Bu, aku akan mencari putra kita, biar kumarahi dia nanti” kata Cak setu pada istrinya.

“Yah, nanti bila bertemu dengannya, dia jangan dimarahi di depan kawan-kawannya nanti dia malu dan akan dijauhi kawan-kawannya” kata istrinya.

“ Ya enggaklah Bu, masak aku memarahi dia di depan kawan-kawannya, aku ngerti kok” kata Cak Setu.

Cak Setu kemudian membawa motornya menyusuri jalanan sepanjang pinggir sungai. Dilihatnya sepanjang jalan disana dipenuhi kanak-kanak yang sedang bermain disana.

“ Pantas saja putraku senang bermain di sini, rupanya kalau hari libur di sini sangat ramai kanak-kanak bermain” guman Cak Setu dalam hati.

“Rupanya sepanjang bozem ini juga sudah dibangun oleh pemerintah daerah Surabaya, sehingga tampak rapi dan asri. Hemmm… tempat yang nyaman” masih guman dalam hati Cak Setu.

Setelah agak jauh Cak Setu menyusuri jalanan di bozem itu, bertemulah dia dengan putranya yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Sang putra juga menyadari akan kehadiran ayahnya. Ini tampak dari senyum kebahagiaan yang mengembang di bibir putranya begitu melihat kedatangan ayahnya.

“Mas, pukul berapa nih, kok enggak pulang? Tanya Cak Setu pada putranya begitu dekat dengan putranya.

“Pukul berapa sekarang Yah” Tanya putranya, dengan manja.

“Sekarang hampir pukul delapan, pulang yuk !, sarapan dahulu.” Kata Cak Setu dengan ajakan mesra.

“Ayah mau kemana” Tanya putranya.

“ Ayah ke sini sedang mencari sampean” jawab Cak Setu dengan mesra.

Kemudian Cak Setu berjalan beriringan pulang ke rumah, putranya di depan dengan menaiki sepeda kayuhnya, sedang Cak Setu naik motor di belakang putranya.

Sebenarnya Cak Setu saat berangkat mencari putranya ingin memarahi putranya sesampai di rumah , tetapi saat berjumpa putranya hatinya menjadi luluh, dia merasa tidak tega untuk memarahi putra semata wayangnya .

6 comments :

  1. aku malah ga berani marahin anak
    suka inget komentar dari mbahnya
    anakmu kui potokopianmu...

    dari kerasa dosa ke ortu, waktu kecil bandel

    ReplyDelete
  2. ^__^ membaca komentar sobat Rawins....iya memang betul tul....anakmu kui potokopianmu......memang benar adanya.

    ReplyDelete
  3. salam sahabat
    ehm jadi kita harus menyadarai gitu aja ya Pakde lagi pula pasti tidak ada unsur kesengajaan tuh yang di atas aja bilang potokopianmu hihihi

    ReplyDelete
  4. asswrwb, terkadang rasa amarah kita adalah krn kita sangat sayang pd anak, tdk mau sesuatu yg buruk menimpa dirinya. tapi...kalau sudah melihat mata beningnya, mmg terkdg jd luluh ya Pakde...hehheh

    ReplyDelete
  5. Hehe,,persis dengan masa kecil saya Dhe saat liburan secara otomtis langsung bangun dan main sampai tak kenal waktu makan dll,,

    ReplyDelete
  6. anak penuh kesayangan dan harus pandai membuat anak nurut ya pak dhe, seribu satu macam triks bisa dipakai

    ReplyDelete