Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Domblong (bagian 5)


Satu minggu berlalu sudah, Cak Gendon menempati pos barunya, sekarang dia menangani barang-barang frozen, yaitu: sayur-sayuran, buah-buahan, daging, telor, dan ikan yang kemudian disimpan didalam reefer container, container yang berpendingin. Dia tampak enjoy saja dalam bekerja, rupanya dia sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, sehingga dia tidak mengalami kendala yang berarti dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Perasaan Cak Gendon masih galau, dengan setatus kepindahannya ke tempat barunya sekarang. Sampai sekarang dia masih belum sreg dengan kepindahannya dengan status “telah melakukan kesalahan”. .

…oooOOOooo…

Kebetulan pagi ini Cak Gendon tidak banyak pekerjaan, sehingga walaupun waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang, dia masih tampak santai di kantornya. Di ruang itu Cak Gendon tidak sendirian tetapi berempat. Selain Cak Gendon,yang menempati ruang itu ada Cak Broo, kepala departemennya. Selain mereka yang menempati kantor itu ada juga Ning Tina, dia adalah bagian administrasi di departemen itu, dan juga ada Cak Basuki, orang yang membantu Cak Gendon bekerja di reefer container.

Cak Broo, kepala departemen Cak Gendon orangnya sangat terbuka, bila bicara suka ceplas –ceplos, dan kalau bertanya suka detail. Walaupun dia bukan asli orang Surabaya, tapi lagak dan gayanya suroboyoan banget.

“Cak Gendon, kalau boleh tanya, opo’o sampean dipindah ke sini?” tiba-tiba kepala depatemenya memecah keheningan suasana kantor.

Cak Gendon terkejut dengan pertanyaan dari kepala departemennya, pikirnya apakah dia hanya basa basi, atau memang tidak tahu yang terjadi sebenarnya.

“Apakah Bapak memang benar-benar tidak tahu apa yang terjadi?” Cak Gendon balik bertanya.

“Sebenarnya saya sudah tahu, tapi saya pingin tahu dari sampean dhewe” jawab kepala departemennya.

Akhirnya Cak Gendon menceritakan kronologis kejadiannya dari “A” sampai “Z” , tanpa menambah dan mengurangi. Semua diceritakan apa adanya, dengan jelas dan runtut.

“ Loh...Jika memang demikian kejadiannya, itu artinya sampean tidak bersalah dong, enggak boleh sampean diperlakukan seperti itu. Coba kalau hal seperti itu menimpa mereka, apa mau mereka diperlakukan seperti sampean” kepala departemen menyimpulkan cerita Cak Gendon, setengah mengomel dan tidak setuju dengan keputusan yang telah diambil, begitu Cak Gendon menyelesaikan ceritanya.

“Sekarang saya tanya sama sampean, jika memang sampean tidak bersalah, apa yang akan sampean lakukan?” Tanya kepala departemennya.

“Maksudnya Pak?” Cak Gendon balik bertanya.

“Ya…misalnya , Apakah sampean akan tetap di sini atau mau kembali ke tempat sampean yang dulu?” kepala departemennya kembali bertanya, tentu pertanyaan itu sangat sulit untuk dijawab oleh Cak Gendon. Setelah berpikir sejenak, Cak Gendon kemudian memberi jawaban.

“Prinsip saya Pak, saya selalu siap ditempatkan dimana saja oleh perusahaan, karena dalam kontrak kerja memang ada klausul itu. Tetapi saya tidak mau kalau dipindahkan ke lain departemen yang disebabkan vonis bersalah padahal kesalahan itu bukan kesalahan atau kelalian saya. Saya akan menerima pemindahan ini kalau saya memang bersalah atau saya memang tidak mampu memikul tanggung jawab itu” jawab Cak Gendon dengan tegas.

Setelah mendengar jawaban dari Cak Gendon, sejurus kemudian kepala departemennya mengangkat gagang telepon dan jari tangannya memencet-mencet tombol telepon, entah kepada siapa dia akan menelpon. Cak Gendon memperhatikan dengan seksama, karena dia ingin tahu kepada siapa kepala departemennya menelpon.

“ Hallo, Pak saya baru saja berbicara dengan Cak Gendon, mengenai kepindahannya di tempat saya. Saya tanya kepada dia tentang kejadian yang sebenarnya. Dari cerita dan kronologis kejadian yang disampaikan kepada saya, saya dapat mengambil kesimpulan jika Cak Gendon tidak bersalah dalam hal ini, masalah ini harus diselesaikan, jangan sampai berlarut-larut “ kata kepala departemennya, entah kepada siapa.

“Benar Pak, ini harus diluruskan, jangan sampai ini menimbulkan masalah baru. Disamping itu hal ini akan membawa dampak negative, baik untuk kita dan juga untuk Cak Gendon sendiri” kepala departemennya masih berbicara dengan orang di seberang sana.

“Ya…Ya… Saya mengerti, saya setuju, memang seharusnya begitu, sehingga semua berjalan dengan fair, terima kasih Pak “ kepala departemen menutup teleponnya.

Kepala departemen menarik napas panjang sejenak, sejurus kemudian dia berkata.

“Tadi saya nelpon kepala personalia, dia akan mempertemukan sampean Cak Gendon, dengan perwakilan client kita, juga perwakilan kita untuk client, dan juga dengan kepala departemen sampean dahulu, serta orang-orang yang terkait” kata kepala departemen

“Kapan Pak” Tanya Cak Gendon penuh dengan semangat.

“Besok pagi, di ruangan Boss” jawab kepala departemen.

Hati Cak Gendon benar-benar bahagia, karena pintu kesempatan untuk membuktikan bila dirinya tidak bersalah telah terbuka. Cak Gendon tampak domblong, karena kepala departemen yang baru saja dikenalnya sudah memberi pembelaan pada dirinya, walaupun belum tentu berhasil, tetapi sudah ada itikad untuk membantu dirinya mendapatkan kebenaran. Cak Gendon benar-benar terkesan kepadanya.

Bersambung………

Anda pingin menambah pundi-pundi rupiah? baca informasinya selengkapnya DI SINI