Gigi menggegat gemeretak
Mata tajam menanatap nanar
Dada bergetar berdegup keras
Jantung berpacu berdetak kencang
Aku geram
Aku benci
Aku muak
Aku gemas
Hukum dipermainkan
Hukum diperdagangkan
Hukum digadaikan
Hukum disesatkan
Yang benar menjadi pecundang
Yang salah menjadi pahlawan
Yang benar tersungkur telentang
Yang salah berdiri mengangkang
Para durjana menjual maratabat
Para pendusta bermanis jidat
Para bedebah mengangkang negeri
Para pendosa berselimut suci
Oh
Inikah negeri para durjana?
Atau negeri para pendusta
Mungkin negeri para bedebah
Dan juga negeri para pendosa
mmm..jadi terpancing juga pakde, begini:
ReplyDeleteJika engkau menggugat
tentang negeri sakit ini...
maka berdo'alah dengan santun...
semoga bencana kan datang, menyerang kaum durjana,
sisakan kaum papa yang polos cendekia
Walau Negeri poranda, tanah ini tidak bergeming
karena dipangku Bumi yang perkasa
dari Tuhan Yang Maha Bijaksana...
"Ya Tuhan bukankah engkau segala Maha?"
"Matikan mereka, dan andai semua yang tidak berdosa terkena, ikutkan pula aku"
puisi tentang sekulumit pertanyaan dan protes yang sedang terjadi di negeri tercinta ini hehehe,,,
ReplyDelete@aryadevi: pakde bener-bener gemes dengan berita akhir-akhirini, mau tutup telinga, tapi kedengaran, mau diam, tiperut ini mual
ReplyDelete@Sofyan: benar Kang, pakde bener-benar geregetan, setiap hari tersiar berita bagaimana seseorang mempermainkan saudaranya sendiri
ReplyDeleteAku geram
ReplyDeleteAku benci
Aku muak
Aku gemas (biasanya kata ini identik dengan hal-hal yang lucu Pakde)
apakah pakde bisa melihat sebuah kelucuan di dalam konflik carut marutnya moral bangsa ini???
@Blog Keluarga Kesehatan: pakde gemas kepingin "nguyel-nguyel" pelaku ketidak adilan ini
ReplyDeleteMantap puisinya gan. Mencerminkan apa yg terjd di Indo ini. Tp,smpe kapan kita hrs spt ni terus ya? Dont forget to visit us, wokey...
ReplyDeleteini negri para penjahat pakde, semoga kita yang tidak jahat masih boleh tinggal di sini.
ReplyDeletengene ae pakDhe,
ReplyDeletenegeri repot pol ki dhe. Gimana kalo seluruh pucuk pimpinan kita ajukan diganti preman terminal ae, soalnya mereka terkadang lebih manusiawi dibandingkan pejabat
menisan wis
@Prastyo:sampai kapan? entalah, karena virusnya juga cepat berkembang biak, kecuali ada yang punya obatnya
ReplyDelete@Muhammad A Vip:bagi yang sadar moga tidak ikutan jahat.
@Djangan Pakies:ini baru cocok, karena dinegeri ini banyak premannya, termasuk preman berdasi, dan preman berseragam
Mbak malih Pakde, ngaturaken Djempol kalih untuk templatenya
ReplyDelete@Djamagan Pakies: beginilah kalo jadi blogger yang "mudah kepincut" he he he....
ReplyDeletepuisinya bener-bener menggambarkan apa yang terjadi di negeri carut marut ini ... .
ReplyDeleteawal awal memang berjuang ... .
begitu kaya lha kok dikorupsi ... .
Turun ke jalan aja biar lebih jelas.
ReplyDeleteIni sip Pak De, kalo misale para penyelenggara negara (dan orang2 penjual beli hukum) mbaca.
ReplyDeleteBila hukum tak lagi bisa dipercaya oleh rakyatnya sendiri, sudah waktunya blogger bertindak, hiyahaha..
Ohya De, tampilannya juga sip, saya suka kombinasi warnanya. Sama itunya, deretan home, about, galerry dll yang diam ditempat.
masalahnya kita bisa bicara seperti ini karena kita gag ada di sana :( coba bayangkan jika kita di posisi tersebut?!!
ReplyDelete@Harga Kentut Naik:itulah godaan manusia: harta, tahta, wanita
ReplyDelete@faceleakz:perasaan kalo turun ke bawah he he he...
@Masbro:kira kira kita para blogger bisa bertindak apa ya?
@Belajar Photoshop: benar juga kawan, mungkin kalo pakde yang disana keadaannya semakin parah he he he...
Ouw, ternyata ada pertanyaan balik dari Pak De Sulas untuk saya, heee..
ReplyDeleteHmmm, yang sederhana aja De. Menjadi pewarta yang baik mungkin. Sesederhana tampilan blog ini dan sebaik isinya.
De, kalo misale pas maen ke jember, dalem aturi singgah kerumah..
Untuk siapakah sajak itu ?
ReplyDelete@Masbro:waduh merasa tersindir ya? maafkan pakde he he he...
ReplyDelete@®obinhut :untuk mereka yang merasa he he he....
wehehehe....
ReplyDeletewehehehe....
ReplyDeleteMantapzz... pak De. Memang kita perlu melampiaskan suara hati nurani, walupun hanya dalam suautu karya puisi.
ReplyDeleteSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog