Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Tersesat di tambak



Kisah ini aku alami saat aku kelas dua sekolah menengah atas, sekitar tahun sembilan belas delapan puluh lima. Kisah yang sudah lama banget, tapi tidak pernah dapat aku lupakan.

Saat itu sekolah pulang lebih awal karena sekolah dan para guru mengadakan rapat menghadapi Ujian Negara untuk siswa kelas tiga. Karena masih pagi aku dan kawan-kawan membuat acara untuk memfaatkan waktu kosong ini. Kami menyepakati acara mancing dan bakar bandeng , karena kebetulan salah seorang kawan kami orang tuanya mempunyai tambak ikan bandeng diwilayah Keputih, Sukolilo Surabaya.

Kami bertujuh orang, dan kebetulan semua mempunyai motor sendiri, jadi tidak ada yang berboncengan. Jangan salah loh kami bertujuh itu cowok semua, kagak ada ceweknya. Kami mengendarai motor sambil senda gurau, biasalah namanya juga anak sma, masih suka unjuk kebolehan dalam mengemudi motor.

Ketika sampai di lokasi pertambak-an salah seorang kawan laju motornya tersendat-sendat, entah mengalami gangguan mesin atau akan kehabisan bahan bakar, tak tahulah. Aku mempunyai firasat jika motor kawanku itu nanti pasti mogok. Dalam hatiku berkata “Ogah-ah kalau aku harus menarik motornya, Lebih baik dia aku tinggal saja”, kemudian aku mengambil posisi didepannya agak jauh, agar aku tidak dimintai tolong untuk menarik dia jika nanti motornya benar-benar mogok.

Jujur saja kalau aku belum tahu lokasi tambak kawanku itu, makanya aku “nginthil” saja dibelakang kawanku sang pemilik tambak, aku juga tidak tahu karakteristik tanah pertambak-an.

Wowww…. Ternyata lokasi tambak kawanku itu dibelakang hutan bakau, maksudku, tambak dan sekelilingnya penuh hutan bakau, sehingga pandangan kita tidak bebas memandang ke depan, karena tertutup rerimbunan poho bakau, jadi kalau tidak hafal jalannya bisa-bisa tersesat.

Seperti yang aku katakan didepan, kalau aku tidak tahu lokasi tambaknya dan tidak tahu karakteristik tanahnya. Ternyata tanah di pertambakan saat itu retak-retak, dan membentuk butiran-butiran kecil sehingga bisa membuat kita mudah terpeleset.

Karena aku menyadari kalau masuk wilayah yang baru, aku berusaha mengingat-ingat sesuatu di sekitar untuk sebagai pengingat atau tanda, misalnya tanda –tanda dimana kita masuk, dan tanda-tanda dimana kita belok kiri atau kanan, ituloh seperti pelajaran saat kita ikut pramuka.

Krassaaak…..Brukkkk……pada suatu belokan aku terpeleset dan jatuh, hampir saja masuk tambak, kawanku kawanku tertawa semua, aku pun juga ikut tertawa, menurut kami kejadian ini lucu, kemudian mereka meninggalkanku yang sedang berusaha mendirikan kembali motorku.

Dan…..Aku kehilangan pandangan rombongan kawan-kawanku, karena pandanganku terhalang rerimbunan pohon bakau , sehingga aku tidak tahu mereka membelok kemana, kekiri atau kekanan. Aku terus mencari mereka tapi tidak hasinya nihil, nol besar. Ketika terdengar suara motor di kananku, aku mencarinya ke kanan , tapi tidak juga menemukannya, begitu juga kalau terdengan di kiri ku aku bergegas mencarinya , tapi tidak juga menemukannya. Aku mencoba berteriak memanggi-manggil kawanku, tidak juga ada sahutan atau mereka. Aku benar-benar kehilangan jejak dan tersesat di pertambak-an.

Anda mungkin berpikir mengapa tidak menghubunginya dengan hape saja. Jangan harap ada hape saat itu, karena telepon rumah saja saat itu masih menjadi barang mewah, hanya orang kaya atau pejabat saja yang punya telepon, bentuknyapun masih diputar-putar, belum digital seperti sekarang. Anda mungkin tidak percaya jika aku beritahu jika saat itu kantor kecamatanpun belum semua punya telepon. Zaman masih benar-benar primitip kawan he he he…

Kembali ke……Aku akhirnya benar-benar tersesat di pertambak-an, karena sudah tak terdengar suara motor lagi, semuan senyap. Aku benar-benar putus - asa, akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Apa lacur dikata, ketika aku memutuskan pulangpun aku tidak bisa menemukan jalan pulang kembali, semua tanda yang ku ingat tidak dapat mengarahkanku ke-arah yang benar. Semua jalan yang kulalui semua menuju kea rah laut, yah… semua menuju ke laut, tidak arah jalan yang benar, seolah aku terkepung laut .

Waktu terus berjalan tidak dapat ditunda, matahari semakin akan tenggelam, sedang aku masih di dalam pertambak-an. Aku memutuskan untu berhenti, dan aku akhirnya mewek alias menangis seorang diri tidak keras memang, meratapi nasib, meratapi kesialanku.

Saat aku menangis datanglah seorang lelaki tua, dia membawa sabit dan seonggok dedaunan. Dia kemudian menatapku dalam dalam, sepertinya sedang menyelidik, mungkin dia pikir aku akan mencuri ikan di tambak atau berbuat sesuatu yang tercela. “ Loh , Sendirian Nak?, mau kemana?” dia bertanya kepadaku.

Aku kemudian bercerita kalau aku tersesat di tambak ini, dan aku tidak bisa menemukan jalan pulang. “ Kamu lihat kapur putih itu? Kamu belok kekanan lurus saja dan ikuti jalannya kamu nanti ketemu jalan besar” lelaki tua itu menunjuk persimpangan jalan yang ada tanda kapur putih ditengahnya untuk memberitahuku jalan untuk keluar dari tambak ini.

“ Saya tadi sudah di persimpangan jalan yang ada kapur putih itu, dan saya sudah mengikuti jalan lurus itu, tapi saya malah kembali sampai ke laut” jawabku, karena aku memang sudah melakukannya, karena tanda –tanda tandi sudah ku ingat saat aku masuk ke lokasi pertambak-an ini, tapi masih juga tersesat.

“ MasyaAlloh..Nak, kamu tadi apa punya niat jelek saat masuk ke tambak ini” Lelaki tua itu berseru kaget, seraya menyelidik aku.

Aku kemudian menceritakan dari awal hingga akhir ihwal ketersesatanku di tambak ini, walaupun malu juga untuk mengakuinya.

“ Nak, dimanapun kamu berada janganlah pernah kamu mempunyai niat buruk pada apapun dan pada siapapun agar kamu selalu dilindungi Alloh”, Lelaki tua itu menasehati aku.

“ Sekarang kamu pulanglah, seperti yang aku tunjukkan tadi, InsyaAlloh kamu bisa pulang”.

“ Terimakasih Kek, Assalamu’alaikum” , aku pamit undur diri. Aku kemudian pulang mengikuti arah yang ditunjukkan oleh lelaki tua.

Alhamdulillah… aku bisa keluar dari area pertambak-an yang menyesatkanku tadi.

Tentang ketersesatanku, aku tidak pernah menceritakan padan kawan-kawanku. Kalau mereka bertanya tentang ketidak hadiranku pada acara mancing dan bakar bandeng, aku selalu berkilah kalau aku pulang duluan karena ada sesuatu hal.

16 comments :

  1. aneh y pak dhe, baca postingan ini aq jd merinding, pasnyam,pai pada tulisan ini "janganlah pernah kamu mempunyai niat buruk pada apapun dan pada siapapun agar kamu selalu dilindungi Alloh"

    ReplyDelete
  2. Wah Kang, dapet hikmah luar biasa !

    ReplyDelete
  3. pakde....itu org beneran kan???????

    ReplyDelete
  4. tambak...naik vespa...wah seru pakde ( pengalaman pribadi)..berbeda dengan pakde...sy dan teman yg punya hobi mancing sering menjelajah untuk mencari tempat baru mancing...keluar masuk belukar...jalan setapak...bukit..dengan vespa aja....sedikit dipaksakan memang....pernah hampir kecebur tambak waktu naik vespa...namanya habis hujan licin...jalan kecil pula..kanan kiri tambak....wah nekat....

    ada lagi ..^_^ pernah dihadang gerombolan anjing penjaga tambak....alhasil mundur teratur ga jadi masuk....

    ReplyDelete
  5. lama nggak blogwalking pakde maaf ya....
    sibuk ulangan ......

    ReplyDelete
  6. jelas sekali pelajarannya disini. penting untuk tidak punya pikiran buruk.

    ReplyDelete
  7. sip pakde jangan lah kita berpikiran buruk pada sesuatu.

    ReplyDelete
  8. Assalamu'alaikum...
    Konon pakde di beberapa tambak dipasang semacam alarm mistik dimana siapapun orang baru yang berniat jelek akan tersesat dan berputar. Hal ini banyak terjadi di daerah tambak layaknya di Gresik dan Lamongan.

    Meski Pakde tak berniat jelek sekedar jalan-jalan tapi ya itu sebagai pelajaran. Lucu ya kalo mewek gitu hehehe...

    ReplyDelete
  9. pengalaman yang menakutkan dan aneh...

    ReplyDelete
  10. Kunjungan perdana pak dhe,
    Baca ceritanya ada satu hikmah yang patut kita ambil dari nasehat sang kakek.Bahwa niat yang benar akan membawa kita menuju ke jalan yang benar.

    ReplyDelete
  11. masih tersesat pakde? saya jadi follower nih

    ReplyDelete
  12. Wah2.. artikel yang pakde buat, sangat bermanfaat :) terimakasih. Hehe..

    Salam Ukhuwah..

    ReplyDelete
  13. asswrwb... hiii jgn2 lelaki tua td.. hiahhh, tp pesan dr cerita td mdh2an bs sy terapkan jg dlm kehidupan sy PakDe..., trm ksh sdh mengingatkan...

    ReplyDelete
  14. wah, mengerikan... btw, di tahun segitu sudah pada punya motor sendiri, hebat ya....

    ReplyDelete
  15. ya alhamdulillah bisa keluar
    kalo tidak bisa keluar bagaimana itu pakde

    ReplyDelete
  16. @joe: itu bukan pakde yan beli ayah pakde he he he...

    ReplyDelete