Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Tangis Bayi Mungil Yang Aku Nantikan( Apapun Akan Aku Lakukan )

May bagong liwanag na hatid

Image by dcfdelacruz via Flickr

Lima tahun sudah Bagong berumah tangga,semua sudah sudah dia dapatkan, semua kebahagiaan sudah dia rengkuh,tapi hanya satu yang belum dia dapatkan,ya Bagong dan istrinya ingin mendengarkan suara tangis  bayi dari hasil persemaian benih-benih  cintanya mereka, ya tangis bayi mungil yang dinantikan.

Kadang dia berpikir “Untuk apa aku kerja keras membanting tulang, kepala dibuat kaki, dan kaki dibuat kepala, jika aku tidak punya punya keturunan”

“ Untuk siapa harta yang aku dapatkan dengan susah payah ini,jika nanti tidak ada yang mewarisi”

“Siapa yang akan merawat aku dan istriku nanti, jika aku sudah tua”

“Siapa yang kan mendoakan aku , jika aku sudah mati ”

Itulah yang menjadi pertanyaan Bagong saat akan tidur dan bangun tidur, bahkan setiap detik dia selau bertanya-tanya.

Bagong dan istrinya bukannya tidak pernah berusaha, bahkan mereka sangat keras berusaha untuk memperoleh seorang momongan, apapun akan mereka lakukan agar mendapatkan momongan .

Bahkan mereka sampai ikut-ikutan antri untuk mendapat air sumur tiban, yang dipercaya mempunyai berkah, dan dipercaya siapapun yang minum air itu akan terkabul keinginannya. Saking kepinginnya harapannya terkabul,mereka antri mulai pukul 8 malam, padahal oleh panitia baru di buka jam 6 pagi.

Mereka tidak tidur semalaman, ya mereka duduk-duduk menunggu hari datangnya pagi, mereka tidak sendirian, ribuan orang juga ikut mengantri, dengan segala keperluannya dan keinginan  masing-masing.

Malam itu rasanya sangat panjang bagi Bagong dan istrinya,putaran detik-detik jam dirasakan sangat lambat, sungguh menjemukan, Mereka hanya duduk-duduk saja ditempat, karena mereka tidak berani beringsut dari tempatnya,  kuatir tempatnya ditempati orang lain.

Ketika sudah terdengar suara adzan subuh, legalah hati mereka, itu pertanda hari sudah menjelang pagi, berarti sebentar lagi mereka akan mendapatkan sebotol air sumur tiban yang berkah itu, air yang sangat diharapkan berkahnya, air yang dapat memenuhi keinginan yang meminumnya, air pengabul dengan segala harapan.

Pengambilan air sudah dimulai, antrian pengambilan air ditata rapi, sungguh menakjupkan mereka tidak saling berebut, rupanya mereka sadar bahwa siapa yang datang dahulu, selayaknya mereka yang mendapatkan air dahulu.

Air sumur tiban sudah didapatkan, Bagong dan istrinya pulang dengan perasaan lega, rasa penat , jenuh, dan ngantuk sudah tidak dirasakan lagi, yang diraskan sekarang adalah pereasaan gembira karena sudah mendapatkan air yang diyakini penuh berkah, air yang akan mengabulkan kenginginannya untuk mendapatkan momongan.

Tiga bulan sudah berlalu, setiap hari Bagong dan istrinya  selalu menunggu datangnya tanda-tanda kehamilan, tapi datangnya tanda –tanda kehamilan tidak juga datang.

Bagong berdesah pendek dan penuh keyakinan “ Apapun akan aku lakukan, agar aku punya keturunan”.

0 comments :

Post a Comment