Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Blogger: Beranilah menerima kritik

Dimanapun kita, di bidang apapun, kritik adalah sudah menjadi hal yang jamak menjadi bagian dari kehidupan. Adalah sebuah keanehan apa bila ada seseorang yang alergi kritik. Penulis lebih suka menyebut kritik sebagai komentar.

Coba perhatikan kehidupan disekitar kita. Misal; Tentangga membeli sebuah meja tulis, lalu datang tetangga yang lain ikut melihat meja tulis itu, kemudian sang tetangga tersebut nanya harga belinya, coba apa komentarnya, “ kemahalan tuh” atau mungkin “ah itu murah sekali”. Jadi wajar bukan bila seseorang memberi komentar.

Komentar atau kritik adalah sebuah instrument bagi kita untuk mawas diri, semakin dewasa pemikiran kita , semakin bijak kita menanggapi sebuah kritik.

Demikian juga dalam blogging. Bagi blogger, kritik atau komentar adalah “sesuatu” yang sangat… sangat… sangat diharapkan. Kata “sangat” sampai penulis ulang tiga kali, itu menandakan betapa dibutuhkannya komentar itu. Blogger akan merasa merana bila di kotak komentar blognya tidak ada yang mengomentari tulisannya alias tidak ada yang membaca tulisannya. Buat apa berletih-letih menulis, bila tidak ada yang membaca. Memang sih ada blog yang sengaja tidak memasang kotak komentar, mungkin mereka tidak membutuhkan komentar, baginya yang penting menulis. Baginya, biarpun tulisannya tidak dibaca orang rapopo

Namun, tidak semua blogger suka menerima kritik atau komentar, utamanya bila komentarnya tersebut tidak disukai oleh penulis, entah itu karena komentar yang pedas atau komentar yang dirasakan mengguruinya. Namun bila komentarnya tersebut berbau SARA, umpatan, merendahkan atau kata-kata yang jorok sudah wajar apabila pemilik blog marah dan menghapus komentar tersebut. Tetapi apabila kritiknya tersebut membangun,tetapi tidak disukai pemilik blog, itu menunjukkan bila blogger tersebut tidak mau maju.

Walaupun demikian, blogger tidak boleh “terlena” dengan komentar dari pengunjung blog. Adakalanya komentar dari pengunjung tersebut tidak tulus, yaitu hanya memuji-muji saja, tetapi pujian yang diberikan tidak menggambarkan penilaian yang sebenarnya.

Pernah suatu kali, penulis berkunjung balik ke sahabat blogger. Penulis perhatikan blog tersebut sangat banyak pengunjungnya, itu bisa dilihat dari komentar yang masuk, lebih dari seratusan. Hampir semua pengunjung memberi komentar yang “wah”, artinya hampir semua pengunjung memuji “tulisan”-nya.

Penulis kemudian meninggalkan sebuah komentar yang sedikit “menyentil”.

Beberapa waktu kemudian. Setelah penulis membuat beberapa posting, sang sahabat tersebut tidak pernah “nongol” lagi di blog penulis. Akhirnya penulis mencoba mengunjungi lagi blog sahabat tadi. Ternyata “komentar penulis” sudah di hapus.

Seperti yang penulis nyatakan, kritik atau komentar adalah instrument utuk mawas diri. Dengan komentar yang masuk, kita dapat mengetahui kekurangan kita. Dengan komentar, kita dapat mengukur apa yang sudah kita capai. Dengan komentar, kita akan berusaha untuk selalu meningkatkan performa kita. Dengan komentar, kita akan menjadi yang lebih baik.

Inti dari semua omongan penulis yang ngalor – ngidul dan muter-muter. Dan mungkin artikel ini sedikit mbulet, penulis hanya ingin mengatakan :BERANILAH MENERIMA KRITIK.

21 comments :

  1. Menerima kritik memang sulit.. Kalau mengkritik itu mudah tapi dikritik banyak yang belum siap.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener gan, kalo mengkritik itu mudah tapi kalo menerima kritik itu sulit wkwk

      Delete
    2. kebanyakan kalo dikritik, malah merasa dipermalukan

      Delete
    3. kalo mau...ng'blognya nyantey kaya dipantey, masuk deh komunitas KPK, pasti asoy geboy deh para bloggernya.

      Delete
    4. KPK apa'an ya, pakde tidak hafal semua singkatan he he he

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau komentar apa boss, kok sudah di hapus

      Delete
    2. Ada yang ketinggalan kali Pak Dhe. :D

      Delete
    3. komentarnya begini...this comment has been removed by the author :-)

      Delete
    4. hehehe...kayanya pas kesini kang asep ketinggalan obatnya tuh.
      hati hati salah minum obatnya kang...:-)

      Delete
  3. saya kadang merindukan ada yang mengkritik saya atau blog saya melalui kotak komentar yang tersedia,
    agar saya tahu kekurangan yang ada pada diri saya supaya bisa segera memperbaiki kesalahan atau kekurangan tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebanyakan dari kita merasa sungkan untuk mengkritik

      Delete
  4. Kalau masalah seperti itu mah sudah biasa terjadi dalam dunai perbloggeran Pak Dhe, tidak yang tia dan yang muda. Apalagi kalau mau mengakui dengan balasan di dalam komentar ya Dhe. Ha,, ha,, ha,,,

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita memang harus belajar menerima kritik di dunia apapaun kita berdiri

      Delete
  5. biasanya blogger kebanyak gak suka menerima yang nama nya kritik , ya gak gan..
    hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. tidak juga, hanya beberapa saja yang tidak suka "sambal"

      Delete
    2. Mungkin tidak doyan yang pedas Pak Dhe, tambahin dikit saja pakai gula :D

      Delete
  6. wah,,,kalo ada blogger yang tidak terima komentar yg agak menyentil..patut dipertanyakan alasannya dia memilih jalan menjadi blogger.........apalagi kalo..komentar yg nyentil itu sudah dihapusnya pula......
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itulah masalahnya, kemapa juga musti dihapus

      Delete
  7. saya yakin blogger yang disentil oleh pak de bukan para blogger senior saya yang udah pada komentar diatas itu kan...beliau beliau itu adalah kakak dan abang abang saya para blogger yang udah makan asam garamnya ng'blog, saya banyak belajar dari mereka bagaimana cara berkomentar yang ngacaw.
    soalnya beliau beliau itu blogger yang sukanya nyantey kaya dipantey pakde.
    loch...ko' jadi ng'bahas para orang tuwa itu seh saya ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ha haha kadang memang orang tua banyak salahnya, merasa sok benar

      Delete