Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Picek – Micek ( Buta Mata – Buta Hati )

Sengaja aku berjalan-jalan ke terminal bus terbesar di Jawa Timur, atau mungkin terminal bus terbesar di Indonesia. Bukan untuk mencari inspirasi tulisan ataupun sedang mencari ilham. Karena aku memang sudah lama sekali tidak aktif blogging lagi he he he… Aku hanya lagi iseng saja, karena memang sudah lama sekali aku tidak pernah ke terminal ini, mungkin sudah belasan tahun. Dahulu sebelum punya motor, aku hampir setiap pagi dan sore selalu menginjakkan kakiku di terminal ini. Karena dahulu bus kota adalah alat transportasi utamaku.

Aku agak pening juga melihat hiruk pikuk manusia berlalu lalang di terminal ini, persis seperti berada di sarang semut, orang saling berseliweran, berlalu-lalang kesana kemari dengan tujuan masing-masing. Karena dahulu walaupun sudah ramai tetapi tidak seramai sekarang.

Saat aku menunggu bus jurusan Pasar Loak yang masih kosong datang untuk pemberangkatan berikutnya, yang akan membawa aku kembali pulang ke rumah , telingaku tergelitik dengan dengan obrolan beberapa orang yang sedang bergerombol di dekat aku berdiri.

“Bener Cak, … aku remas-remas……” Kata salah seorang diantara mereka sambil tertawa..

“Masa dia diam saja?” kata salah seorang dari menimpali tidak percaya, tapi juga ikut tertawa.

“Kalau dia tidak marah, mungkin dia juga suka” lanjut kawannya yang lain juga terus tertawa.

“Dia masih muda atau sudah tua?” Tanya temannya yang lain.

“Mana aku tahu” jawabnya. Sepontan mereka tertawa semua.

Percakapan di atas tadi hanyalah secuil saja dari percapan jorok yang aku dengar. Orang tersebut bercerita banyak tentang perbuatan tak senonoh yang telah dilakukannya, misalnya dia berhubungan intim dengan seorang wanita tuna susila, dan banyak cerita asusila lainnya.

Karena tergelitik dengan percakapan yang membuat risih telingaku, akupun menoleh kepada mereka. Aku ingin tahu siapa sih yang bercerita tentang kelakuan joroknya di depan umum tanpa tahu malu itu.

“Masya Alloh…..” Tanpa terasa mulutku berucap.

Bagaimana aku tidak kaget, lah wong yang bercerita tadi ternyata seorang pengamen bus kota atau mungkin juga dia seorang pengemis yang buta matanya.

Aku heran dan miris. “Mengapa seseorang yang sudah cacat, yaitu buta kedua matanya, masih juga suka berbuat maksiat”. “ Apakah dia tidak pernah mendapat pengetahuan agama. Ataukah memang tidak pernah ada yang mengajarkan kepadanya mana perbuatan terpuji dan mana perbuatan yang nista”. Bermacam-macam pertanyaan muncul dalam hatiku.

“Mengapa dia dia memanfaatkan kecacatannya untuk berbuat maksiat” Guman penulis dalam hati.

“Bukankah seharusnya dengan kecacatannya dia akan lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa” Terbesit tanyaku dalam hati.

Eittttts….. Yahhh…aku ketinggalan bus kota dech …. begitu tersadar dari lamunan. Aku melamun, memikirkan orang yang cacat tapi dengan bangganya menceritakan perbuatan maksiatnya tanpa malu-malu kepada kawan-kawannya.

Aku akhirnya harus menunggu bus kota pada pemberangkatan berikutnya.

5 comments :

  1. haha aya-aya wae ini pak de...sukses selalu dech...

    ReplyDelete
  2. yang picek seringkali ga micek, de...

    ReplyDelete
  3. Mereka adalah salah satu dari manusia yang merugi. Sudah sengsara di dunia, malah merana dan mendapat siksa yang pedih di akhirat :(

    Salam hangat serta jabat erta selalu dari Tabanan

    ReplyDelete
  4. Subhanallah, semoga meskipun saya cacat secara fisik tidak cacat mental dhe

    salam dari pamekasan madura

    ReplyDelete
  5. mungkin akibat lingkungan tempat bergaulnya dekat dengan berbagai perbuatan yang tidak senonoh pakde

    ReplyDelete