Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Wroooangggg Bruakk Dut

Sore itu Cak Setu sedang santai. Dia duduk – duduk bercengkerama dengan para keponakannya, usia keponakan masih sekitar belasan tahunan. Mereka belum beranjak pergi untuk menikmati malam pergantian tahun baru, karena memang masih hujan masih turun dengan lebat, jadi mereka sembari menunggu hujan mereda, mereka saling bercengkerama di teras rumah.

Rumah Cak Setu tidak berada dipinggir jalan besar kampung tetapi rumah Cak Setu masuk ke dalam gang. Walau begitu semua aktifitas dijalan akan tampak dari rumah Setu, karena memang rumahnya hanya beberapa rumah saja dari ujung gang.

“ Wrooaaanggggg…..Wrooooanggggg……Wroooengg….” Saat mereka sedang asyik bersenda gurau .dikejutkan oleh suara motor yang dikendarai dengan kencang, rupanya kenalpotnyapun juga dipotong, sehingga suaranya sangat memekakkan telinga.

“Itu adalah salah satu contoh ‘ Teknik Menjemput Maut’” tiba tiba Cak Setu menyeletuk.

“ Maksudnya Pakde” keponakannya yang tertua bertanya.

“Maksudnya cara mengendarai motor seperti tadi sangat membayakan orang lain dan dirinya sendiri, bahkan bisa menyebabkan korban meninggal dunia ” Cak Setu menjelaskan.

“Dia kan lihai, Pakde ” kata keponakannya, sepertinya tidak setuju dengan pendapat pakdenya, Cak Setu.

“Bolehlah dia sudah sangat lihai mengendarainya, tetapi kalau mengendarai motor dengan kencang seperti itu di jalan kampung, itu sangat berbahaya, lain bila dia mengendarai di sirkuit, atau tempat yang disediakan untuk balapan” Cak Setu menjelaskan dengan penuh pengertian.

“Ooo, begitu Pakde?” keponakannya mulai memahami pendapat pakdenya.

“Heeh, jadi bila kamu nanti mengendarai motor, walaupun sudah sangat lihai jangan pernah kamu mengendari motor di jalan kampung dengan kencang, selain membahayakan juga tidak sopan” Cak Setu menasehati para keponakannya.

“Inggih Pakde” serempak kepokannya meng-iyakan.

Tiba –tiba terlihat Cak Samiran berjalan tergopoh-gopoh melintas di depan rumah Cak Setu.

“Ada apa Cak, kok kelihatannya sampean kok tergesa-gesa? Tanya Cak Setu pada Cak Samiran.

“Itu Cak, aku mau ke rumah Cak Giman, mau ngasih tahu dia kalau…” jawab Cak Samiran, tampak gugup. Belum juga Cak Samiran menyelesaikan kalimatnya Cak Setu sudah memotongnya.

“Emangnya ada apa Cak?” Tanya Cak Setu lagi, kepengin tahu

“Itu Cak, anaknya Cak Giman kecelakaan” jawab Cak Samiran masih gugup.

“Dimana? Tanya Cak Setu.

“Di pertigaan jalan sana, ditabrak sama motor yang tadi barusan lewat” jawab Cak Samiran.

“Yang suaranya sangat memekakkan telinga tadi? Tanya Cak Setu, setengah menebak.

“Iya Cak” jawab Cak Samiran.

“Terus, kondisi mereka bagaimana?” Tanya Cak Setu.

“Parah sekali Cak, Sepertinya ada yang patah tulang , sedang yang satunya langsung meninggal dunia.” Jawab Cak Samiran.

“Inalilahi waina ilaihi roji’un, siapa yang meninggal Cak? Tanya Cak Setu.

“Itu Cak, yang mengendarai motor yang kencang tadi” jelas Cak Samiran.

“Oooo, kalau begitu, cepat Cak, sampean ke rumah Cak Giman” kata Cak Setu.

“Ya, Cak, aku segera ke sana” jawab Cak Samiran., yang segera berlalu menuju rumah Cak Giman.

Cak Setu kemudian segera keluar rumah menuju tempat terjadinya kecelakaan untuk melihat dan menolong korban.

5 comments :

  1. benertuh kata orang tua,,dengerin ya..
    jangan kenceng2 kalau ngendarai motor... kalau gak maut, ya tilang.. tinggal pilih,huehehehe

    ReplyDelete
  2. hehehehe ^_^ kirain dut terakhirnya kentut.....aslinya dut ma'dut..koit..mati.....hehehehehehehehehehehehehehehe

    ReplyDelete
  3. Kejadian kayak gitu memang sering Pakde, padahal sudah tau gang kecil masih saja kebut²an...

    ReplyDelete
  4. assalamualaikum pak de...

    ini kisah nyata ya?

    masih ingat ngga sama Siswa TKJ?
    ini aku pak de, salam kangen :)

    ReplyDelete