Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Pageblug

Cak Gendon tampak dheleg-dheleg sendirian di teras rumahnya. Matanya menerawang jauh dan sesekali dia menarik nafas panjang. Entah apa yang menjadi beban pikirannya, pasti sangat berat apa yang dipikirkannya. Karena dia tidak pernah seperti itu. Cak Gendon yang biasanya ramah menyapa orang yang lewat di depan dirumahnya, walaupun sebatas basa basi saja. Kali ini dia seperti tiada peduli dengan semua itu. Dia lenger-lenger seperti itu setelah pulang dari membezuk adiknya yang sedang opname di rumah sakit.

Cak Mali , sang tetangga yang rumahnya persis didepan rumah Cak Gendon memperhatikan perilaku yang tidak biasa dari Cak Gendon. Dia pengin menyapanya tapi tidak ada keberanian untuk memulainya, karena takut mengganggunya, siapa tahu Cak Gendon memang ingin menyendiri saja.

“Cuittt…cik…cik….cuittt…cik..cik…” tiba –tiba burung peliharaan Cak Gendon bersiul.

“Wah…. Ini kesempatan yang bagus untuk menyapa Cak Gendon” guman Cak Mali dalam hati.

“Wah bagus sekali suara ocehannya Cak” kata Cak Mali sembari keluar dari teras rumahnya terus berjalan menuju ke arah Cak Gendon duduk.

“Lagunya masih belum jadi Cak, ini masih bakalan koq” jawab Cak Gendon terperanjat, karena tersadar dari lamunannya.

“Kalau sudah jadi, harganya sampai berapa Cak” Tanya Cak Mali berbasa basi, terus duduk di sebelah Cak Gendon.

“Rencanya sih tidak dijual Cak, untuk dipelihara sendiri saja” jawab Cak Gendon.

“Sampean dari tadi tak lihat koq melamun saja, ada apa Cak? hati hati loh nanti kesambet setan lewat” kata Cak Mali, sambil seyum-senyum memancing suasana.

“Aku lagi sumpeg Cak” kata Cak Gendon, setengan curhat.

“ Lapo Sumpeg Cak, ditagih sama depkolektor tah, gitu saja dibuat sumpeg, yang penting dijanjiin dan dikasih uang bensin kan beres” kata Cak Mali menggoda.

“Kalo perkara hutang gitu sih aku gak pernah mikir, tapi yang ini benar-benar membuatku sumpeg Cak” kata Cak Gendon mulai membuka diri.

“Coba sampean ungkapkan padaku, siapa tahu aku bisa membatu paling tidak membuat hati Cak Gendon menjadi plong” kata Cak Mali .

“Aku baru saja pulang dari membezuk adikku yang sekarang lagi opname di rumah sakit” kata Cak Gendon mulai bercerita.

“Gimana? Apa kondisi adik sampean? sudah mulai membaikkah?” Tanya Cak Mali.
“Alhamdulillah..Cak, tapi yang membuat aku bingung adalah para keponakanku yang masih kecil itu Cak” kata Cak Gendon menjelaskan.

“Kan ada mamanya?” kata Cak Mali.

“Itulah masalahnya, setelah beberapa hari menunggui suaminya di rumah sakit, sekarang dia juga jatuh sakit” kata Cak Gendon.

“Kan ada neneknya?” Tanya Cak Gendon lagi.

“Setelah adikku sakit, istrinya juga sekarang sakit, kondisi mertua perempuannya drop, penyakit gulanya kambuh, sekarang mertua adikku juga opname di rumah sakit, ditambah lagi orang tua mertua perempuan adikku juga masuk rumah sakit karena sakit komplikasi, biasalah sakit karena sudah uzur “ jelas Cak Gendon.

“Jadi sekarang ini keponakan Cak Gendon, tidak ada yang mengurusi dong?” Tanya Cak Gendon.

“Sekarang dia tinggal di rumah sama kakeknya, tetapi kakenya juga sakit – sakitan , karena dia punya penyakit asma” kata Cak Gendon.

“Walah Cak, ini namanya lagi panen , orang dulu bilang pageblug, kasihan sekali keponakan sampean itu” kata Cak Mali.

“Itulah Cak yang menjadi beban pikiranku sekarang ini” kata Cak Gendon.

“Apa mungkin keponakan sampean itu diajak tinggal di sini saja” Tanya Cak Mali, memberi solusi.

“Tapi sekolahnya bagaimana, karena sekolahnya jauh dari sini, siapa yang akan mengantar dan menjemputnya sekolah, sementara istriku tidak bisa mengendarai motor.” Kesah Cak Gendon.

“Susah juga Cak” kata Cak Mali.

“Solusi yang paling mungkin adalah dia tetap tinggal bersama kakeknya, dan saya akan minta batuan tetangganya untuk mengantar dan menjempunya sekolah, membayar orang gitulah” kata Cak Gedon pelan.

“Benar Cak, mungkin cara ini yang paling tepat saat ini” Cak Mali membenarkannya.

“Aku pulang dulu ya Cak, tuh si ragil menagis” kata Cak Mali, pamit pulang.

Kemudian Cak Mali pulang karena terdengar anaknya yang bungsu menangis.

note:
dheleg-dheleg = termenung
sumpeg = susah = sedih
lapo = mengapa
tah = kah
membezuk = mengunjungi orang sakit di rumah sakit
opname = rawat inap
pageblug = musim sakit

11 comments :

  1. memang kalau masalah datang ga satu-satu itu memang bikin pusing

    ReplyDelete
  2. jd pageblug itu artinya musim sakit ya...
    aku baru tau...

    ReplyDelete
  3. sudah jatuh tertimpa tangga pula... ibarat pepatah sich, itulah cobaan... sekali ada cobaan pasti beruntun datangnya :(

    ReplyDelete
  4. tapi biasanya pageblug atau wabah penyakit ini menyerang sekampung gak sekeluarga bahkan bisa berakhir kematian.

    semoga keluarga besar cak gendon dan keluarga para blogger terhindar dari penyakit pageblug ini pakde..., soale medeni...:)

    ReplyDelete
  5. seringkali datangnya sebuah ujian / cobaan disertai dengan ujian lainya, pernak-pernik ujian yang bisa menjadi lebih besar dari ujian utama jika tidak diterima, disikapi dan dijalani dengan sabar dan ikhlas.

    Sedikit koreksi untuk dialog berikut;
    “Jadi sekarang ini keponakan Cak Gendon, tidak ada yang mengurusi dong?” Tanya Cak Gendon. Semestinya yang bertanya Cak Mail. betul..betul..betul?

    ReplyDelete
  6. setiap peristiwa bisa menjadi koreksi, semoga kita mampu menjadi manusia yang pandai bersyukur. amin

    nuwun pakde :)

    ReplyDelete
  7. Lha nggeh Pakde, emank lagi pageblug keliatannya dimana2, dan keseringan sama kaya ceritamu pakde, klo satu anggota keluarga sakit, pasti ada aja yg ikutan sakit :)... moga kita selalu diberikan kesehatan ya pakde...

    ReplyDelete
  8. pageblug iku tak kira bojone bugeblug, jebul panenan

    ReplyDelete
  9. biasanya di musim pancaroba pageblug itu datang ya pakdhe

    ReplyDelete
  10. Wah kok sakitnya pada kompak gitu ya repot juga.. Yang penting mudah2an pak de Sulas sehat selalu ya..

    ReplyDelete
  11. hmm...memang sangat sulit sekali kalau sudah kena hal seperti yang diceritakan sama Pakdhe ini,,mungkin kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua...

    Salam.......

    ReplyDelete