Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Pulang Lebih Awal

Tiba-tiba handphone jadul Cak Gendon berdering, ketika dilihatnya nomer yang call, ternyata nomor istrinya, Ning Cempluk . Bertanya-tanya dalam hati, gerangan apakah yang terjadi sehingga istrinya menghubungi dirinya, karena sebenarnya Cak Gendon sebentar lagi sudah pulang kantor, karena waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat tiga puluh menit, artinya tiga puluh menit lagi Cak Gendon sudah meninggalkan kantor.

“Assalamu’alakum, hallo, ada apa Bu?” sapa Cak Gendon pada istrinya di seberang sana.

“Yah, jam tiga tadi, mamanya Azima nelpon, katanya Azima sudah pulang sekolah, sedang putra kita kok belum pulang.” istrinya menjelaskan kenapa dia menelpon dirinya , Azima adalah teman sekolah putra mereka .

“Sampean gak nanya kenapa Azima pulang lebih awal.” Cak Gendon mencoba mengorek keterangan dari istrinya.

“Enggak Yah, seharusnya putra kita kan sudah pulang, awas ya kalo dia tidak langsung pulang, tetapi langsung bermain, rupanya dia mulai nakal” Jawab istrinya dengan nada penasaran dan geregetan terhadap keterlambatan putra mereka.

“Bu, jangan marah gitu, coba sampean cari tahu dulu, kenapa putra kita terlambat pulang, atau coba tanya sama ibunya Arjuna, mungkin dia tahu kenapa anak-anak pulang lebih awal.” Cak Gendon mencoba menenangkan hati istrinya.

“Sudah Yah, tapi hapenya tidak diangkat.” Jawab istrinya dengan sengit, menunjukkan kegusarannya pada putra mereka, dan karena tidak dapat menghubungi ibunya Arjuna.

“Baiklah, aku akan minta ijin pulang lebih awal, aku akan langsung ke sekolah putra kita.” Kata Cak Gendon singkat.

….ooo…

Dalam perjalanan menuju sekolah , Cak Gendon bertanya –tanya dalam hati, “kemana putraku bermain?” , atau jangan-jangan mereka memang belum pulang sekolah, jika memang belum waktunya pulang sekolah, kenapa juga Azima sudah pulang sekolah, ataukah putraku mengalami ………. Ah…tidak, aku tidak mau menduga yang tidak-tidak,” dan masih banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam hatinya.

Cak Gendon semakin kelimpungan ketika sampai di sekolah anaknya, ternyata suasananya sudah sepi, memang sih masih ada beberapa anak yang masih di sana, tetapi ada juga kelas yang baru menyelesaikan proses belajar mengajarnya, tetapi dia tidak mengenal mereka. Dia mencoba mendekat ke kelas anaknya, untuk melihat apakah kelasnya masih ada kegiatan proses belajar mengajar atau sudah selesai. Dan ternyata kelas anaknya memang sudah kosong, artinya kelas memang sudah menyelesaikan proses belajar mengajarnya.

Kebetulan, ada gadis kecil seusia anaknya, di dekatnya, Cak Gendon mencoba mencari tahu dari gadis kecil itu.

“Adik, kelas III B, apa sudah pulang.?” Cak Gendon mencoba bertanya pada gadis kecil itu.

“Sudah.” Jawabnya singkat.

“Kapan?” Cak Gendon bertanya lebih lanjut.

“Dari tadi” jawabnya jawab gadis itu, Cak Gendon sebenarnya sih pengin ketawa mendengar jawaban dari gadis kecil itu, masak di jawab “dari tadi”.

“Adik, pulangnya sudah lama atau baru saja .?” Cak Gendon mencoba mencari jawaban yang lebih detail.

“Baru saja .”.jawab gadis kecil lagi.

“Adik kelas berapa.?” Cak Gendon mencoba menyelidik.

“Kelas III B.” jawabnya lagi-lagi singkat . Plong sudah rasa hati Cak Gendon mendengar jawabannya, artinya memang anaknya baru saja pulang, kalaupun dia tidak bertemu dengannya sekarang, karena mereka berselisih jalan.

“Adik namanya siapa.?”, Cak Gendon pengin tahu nama gadis kecil itu.

“Ria” jawabnya singkat saja.

“Terima kasih adik Ria” Cak Gendon mengucapkan rasa terimakasihnya pada kecil itu. Kemudian dia terus meluncur pulang.

…ooo…

Sesampai di rumah, Cak Gendon melihat putranya sedang bermain-main dengan kawan-kawannya yang seusianya di depan umahnya. Juga nampak Ning Cempluk , istrinya menyapu halaman rumah. Cak Gendon memandangi raut wajah istrinya dengan seksama, di lihatnya tidak nampak kemarahan terpancar disana.

“Kapan putra kita pulang.?” Tanyanya pada istrinya.

“Barusan saja Yah.”. jawab istrinya.

“Sudah sampean tanya, kenapa Azima kok sudah pulang jam tiga tadi?” Cak Gendon melanjutkan pertanyaannya pada istrinya.

“Sudah Yah, aku sudah tanya pada putra kita. Putra kita juga bercerita, katanya tadi anak-anak ramai sekali di kelas, sehingga menggangu kelas lain, sementara guru kelasnya sedang keluar, karena ada keperluan mendadak , sehingga membuat guru kelas disebelahnya marah, dan guru itu berkata “ kalau kalian ramai di sini, lebih baik kalian pulang saja”, guru yang marah itu adalah gurunya sewaktu kelas II dulu. Dasar anak-nak, ada juga yang pulang beneran, termasuk Azimah itu.” Istrinya menjelaskan duduk persoalannya.

“Makanya, jadi orang jangan cepat panik dan cepat marah, cari tahu dulu duduk permasalahannya, sehingga tidak sampai terjadi kayak tadi” kata Cak Gendon menasehati istrinya.

“Maaf Yah, aku khilaf.” Ning Cempluk meminta maaf pada Cak Gendon, menyadari atas kekeliruannya.

“Ya sudah, aku maafkan, lain kali jangan diulangi lagi” kata Cak Gendon menegaskan.

Cak Gendon kemudian memarkirkan motor bututnya di teras rumahnya, selanjutnya dia masuk rumah untuk ganti pakain dan mandi.

15 comments :

  1. Saling memaafkn di bulan ramdhan..

    Selamt pagi pak De..

    ReplyDelete
  2. mari kita terapkan dengan sungguh2 budaya saling memaafkan :( mari kita menjadi pribadi2 yang lebih menarik karena kepribadian kita yg menawan.. ;(

    ReplyDelete
  3. Salam kenal PakDhe.....ego orang tua ni..heheheheh

    ReplyDelete
  4. saling memaafkan...
    ga pake di bulan ramadhan pakde...
    kayaknya harus setiap waktu...

    ReplyDelete
  5. wah, cak gendon ternyata nggak suka nyap-nyap. kalo tetangga saya sudah disemprot istrinya yang bikin panik orang.

    ReplyDelete
  6. yang namanya emak-emak memang gitu dhe, cepet sekali mengambil kesimpulan padahal belum jelas duduk persoalannya. Akhinya kepanikan yang dinomersatukan.
    sugen shiam nggih Dhe

    ReplyDelete
  7. Intine. . . .jgn panik dlm menanggapi satu masalah. Tetep tenang dan saling memaafkan gt to pakde hehe

    ReplyDelete
  8. Semoga tidak ada istri temannya kantornya Cak Gendon yang melihat Cak Gendon telah pulang tapi suaminya belum lalu berpikiran bahwa suaminya mencari ' gula-gula di rumah tetangga ' untuk berbuka puasa. Hehehe....

    Barangkali karena sudah kodratnya kaum hawa, lebih menuruti perasaan ketimbang logika, maka sebagai laki-laki ( kepala rumah tangga ) semestinya kita bisa bertindak lebih bijak. Menggunakan logika tanpa mengesampingkan rasa.

    ReplyDelete
  9. kondisi kecil tentang harmonis nya kegiatan perilaku di rumah tangga ya pakde..

    salam takzim pakde ^_^

    ReplyDelete
  10. benar kita jangan menvonis dulu sebelum mencari bukti yang kuat. jangan su'udzon dulu.
    Bisa jadi yang kita anggap salah tersebut adalah memang berjalan di atas kebenaran.

    Bisa malu kalau terlihat salah nantinya la wong yang dituduh ternyata benar adanya
    selamat berpuasa semoga kelar sampai akhir

    ReplyDelete
  11. jawaban dari tadi kurang memuaskan ya, hahaha...

    ReplyDelete
  12. hehehehe,,,untung saja masih dimaafkan,,terkadang kepanikan bisa membuat kita berfikir yang bukan² padahal belum tentu itu benar,,,

    ReplyDelete
  13. Salam

    Menyimak lagi Pakde..
    Ini firasat seorang ibu, rasa sayang tuk buah hatinya..

    ReplyDelete
  14. wah pagi pagi disini pak de baca2 disini

    ReplyDelete
  15. Memang lebih baik cari tahu dulu masalahnya, baru panik kemudian...hehe. Tapi ada bagusnya juga Pakde, sikap khawatir dari istri Cak Gendon itu. daripada santai2 aja, tiba2 ada kabar anaknya diculik...malah tambah runyam.

    ReplyDelete