Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Domblong (bagian2)



Pada Domblong (bagian 1) telah dikisahkan bagaimana Cak Gendon domblong alias bengong saja ketika sang boss marah-marah, sementara dia diam saja karena merasa tidak bersalah, dia pikir sang boss itu marah pada siapa. Akhirnya dia menjadi paham ketika Cak Toyo memberitahunya jika sang boss marah pada Cak Gendon.

Esok harinya…….

Jam di dinding ruang Cak Gendon menunjukkan pukul sembilan pagi tepat. Terdengar bunyi telepon di meja kerja Cak Gendon, dengan perasaan yang tak karuan karena kecemasan dan ketegangan, kemudian diangkatnya gagang tetelpon itu.

“Selamat pagi”, sapa Cak Gendon begitu gagang telepon menempel daun telinganya.

“Pak Gendon, bisa kita berkumpul di ruang meeting sekarang” terdengar suara kepala personalia dengan suara lembut memintanya untuk hadir di ruang meeting, namun begitu suara yang lembut itu dirasakan sangat berat bagai godam menghantam dada Cak Gendon.

“Ya Pak” Jawab Cak Gendon pendek saja, dia sudah tahu maksud undangan dari kepala personalia. Ini pasti berhubungan dengan kejadian kemarin. Dia menduga dirinya akan di minta untuk menjelaskan kronologis kejadiannya. Yang pada akhirnya manajemen perusahaan akan mengambil sikap atas kejadian itu, entah dirinya dipersalahkan atau tidak. Jika dirinya dipersalahkan maka keputusan yang mungkin adalah dia diminta mengundurkan diri atau mengganti seluruh atau sebagian kerugian itu.

Dengan sikap yang dibuat setenang mungin, Cak Gendon melangkah menuju ruang meeting, walaupun perasaannya tegang tetap tidak dapat disembunyikannya. Walaupun dalam hati Cak Gendon tetap merasa dirinya tidak bersalah dalam kasus kemarin, yaitu tidak terkirimnya perlengkapan drum band lewata kapal, yang akhirnya client minta alat-alat tersebut harus dikirim via pesawat terbang, dan beaya sebear itu harus ditanggung oleh perusahaannya. Hal ini sangat diyakininya karena memang tidak ada memo atau pemberitahuan lain tentang urgent dan tidaknya pengiriman alat-alat itu.

Pintu meeting didorongnya pelan, tampaklah beberapa orang sudah berada di dalam, tampaknya sudah lengkap, mungkin mereka hanya menunggu dirinya saja. Di dalam ruang meeting nampak kepala personalia, kepala departemen ,dan Cak Pardi. Cuma Cak Gendon agak merasa heran dengan hadirnya Cak Pardi dalam pertemuan , entah apa urgensinya sehingga Cak Pardi ikut dalam pertemuan ini, dalam hatinya dipenuhi berbagai tanda tanya.

“Silahkan duduk Pak Gendon”, kepala personalia mempersilahkannya duduk ditempat yang telah disediakan. Sejurus kemudian Cak Gendon segera duduk, “Selamat pagi semua” sapa Cak Gendon dengan suara agak serak, karena dadanya bergemuruh, dengan ketidak pastian.

“Bapak-bapak semua, Baiklah saya langsung kepokok persoalan sehingga pertemuan itu bisa lekas selesai” kepala personalia membuka pertemuan, “ Sebagaimana yang kita ketahui dengan kejadian kemarin, manajemen perusahaan ini mengambil keputusan untuk memaksimalkan kinerja setiap karyawan yang ada di perusahaan ini, maka manajemen telah memutuskan terjadinya rotasi penempatan posisi karyawan . Dan bagian dari rotasi itu adalah bahwa Pak Gendon akan dipindahkan ke bagian Logistic Frozen, menempati posisi Pak Pardi, sedang posisi Pak Gendon di Logistic Dry di isi oleh Pak Pardi. Dan surat mutasinya sudah dibuat, bapak-bapak tinggal menandatanganinya saja, sedang urusan operasionalnya Pak Gendon dan Pak Pardi agar bisa saling koordinasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai di masing-masing departemen” demikian tanpa ba bi bu lagi kepala personalia memberitahuan tentang tujuan meeting.

Cak Gendon seharusnya gembira, karena dia hanya dipindah tugaskan saja, atau dimutasi ketempat lain, tanpa harus menerima surat pemecatan atau demosi dan juga tidak diperintahkan untuk mengganti semua kerugian perusahaan atas kelalaiannya.. Rupanya masih ada sesuatu yang mengganjal dihati Cak Gendon.

“Artinya saya telah divonis bersalah dalam kasus ini Pak, “ tanya Cak Gendon dengan suara bergetar, karena tenggorokannya terasa kering , dia tidak bisa menerima kalau mutasi ini disebabkan kesalahannya, sangat tabu baginya dipindahkan ke tempat lain karena suatu kesalahan, ini sama artinya dirinya dianggap tidak “sanggup” diserahi tanggung jawab.

“Bukankah faktanya memang begitu , dan keputusan ini sudah dibuat suratnya, dan sudah ditandatangani oleh Boss, seharunsya sampean merasa beruntung bila keputusannya tidak memerintahkan untuk mengganti semua beaya tersebut ataupun diminta mengundurkan diri dari perusahaan ini,” tegas kepala personalia.

“Boleh saya bertanya kepada bapak kepala personalia”, Tanya Cak gendon dengan suara merendah.

“Silahkan Pak Gendon,”jawab kepala personalia juga merendah.

“Mohon maaf sebelumnya, selama ini saya memandang Bapak adalah orang yang sangat arif, setiap ada persoalan yang dialami oleh karyawan di sini, bapak selalu dapat menyelesaiakannya dengan bijak, karena sebelum memutuskan suatu keputusan, Bapak selalu memanggil, dan mempertemukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan persoalan itu. Tetapi dalam kasus saya ini, Bapak tidak melakukannya, saya tadinya berpikir jika pemanggilan saya ke ruang meeting ini untuk membahas tentang kejadian kemarin , dan saya akan membeberkan kejadiannya secara kronologis. Ternyata dugaan saya salah, saya sudah divonis bersalah. Sejujurnya saya tidak dapat menerima jika saya dimutasi karena telah melakukan suatu kesalahan, itu artinya sama saja perusahaan menganggap bila saya tidak sanggup memikul tanggung -jawab, tentu saya tidak ingin seperti itu, karena saya memang tidak bersalah dalam kejadian ini.” Cak Gendon mengungkapkan uneg-unegnya.

“Saya mohon maaf Pak Gendon, karena keputusan ini adalah keputusan yang dibuat oleh Boss, bahkan yang membuat surat itu pun bukan saya atau staf saya, tetapi sekretaris Boss, saya hanya sekedar melaksanakan tugas” jelas kepala personalia

Cak Gendon bertambah domblong mendengar penjelasan dari kepala personalia. Karena ini adalah keputusan yang aneh. Yah...benar-benar aneh. Dan Cak Gendon tetap harus menerima keputusan itu. Dalam hatinya Cak Gendon akan menunggu saat yang tepat untuk menjelaskan secara kronologis kejadian yang sebenarnya kepada sang Boss, bahwa dia tidak bersalah dalam kejadian itu.

Bersambung……..

27 comments :

  1. kasihan cak Gendon nggih Pak De, harus menunggu lagi

    ReplyDelete
  2. hmm....masih penuh dengan teka teki nih apa yang terjadi dengan Cak Gendon

    ReplyDelete
  3. salam sahabat
    syukur masih disebutin part 1 tentang domblong hehehe,membaca kisahnya cak Gendon sungguh ini merupakan sebuah tantangan tersendiri dalam menyikapi jalan hidup ini ya Pakde
    oot:rada bingung dengan baju Pakde yang baru ini xixixi
    semoga sukses ya

    ReplyDelete
  4. mentang-mentang puasa neh, pkade
    harus selalu sabar menunggu ya...

    ReplyDelete
  5. okelah pakde saya tunggu penjelasan dari cak gendon...

    ReplyDelete
  6. domblong bener aku saiki. pokoke pakde kudu tanggungjawab

    ReplyDelete
  7. nasib kalau jadi bawahan begini ini y pakde,
    saya masih nunggu lanjutannya...

    salam dari malang

    ReplyDelete
  8. hal itu sering terjadi, bos ada pembisik-pembisik gak jelas gitu. sabar adalah sikap terbaik...

    ReplyDelete
  9. salam sahabat
    kembai Pakde hehehe
    oot:ingin juga nganter mane masakan dan desert buat Pakde tapi gimana jauh Pak kalau di paketin keburu habis ditelan petugas hehehehe

    ReplyDelete
  10. Wah saya tunggu penjelasan cak gendon...
    Eh lama gak kesini templatenya guanti lagi....huh gak capek pakde..... xixixi

    ReplyDelete
  11. cak gendon cak gendon sabarlah menunggu mampir pakde

    ReplyDelete
  12. jadi ikutan ndomblong nii saiia nya :(

    ReplyDelete
  13. mirip-mirip dengan kejadian di negeri ini ya Dhe, kalo ada pejabat 'tidak bisa" menyelesaikan tugasnya maka dipindah tugaskan dengan alasan rotasi, mungkin bahasa sederhana untuk sebuah vonis

    ReplyDelete
  14. hehe cak Gendon nganti ndomblong tok ae Pakdhe yo padahal dimarahi atasane

    ReplyDelete
  15. Salam menyapa dan menyimak Pakde.
    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    ReplyDelete
  16. Wah, maaf nih.. pakde saya baru bisa berkunjung :) ternyata udah ada tampilan barunya :D oh, iya pakde.. font-colornya putihkan saja yah :D hehe..

    Semoga sukses selalu pakde :)

    ReplyDelete
  17. Oalah tseh bersambung toh pakde? lagi seru2 padahal aku baca hhe.... hem.. gak jadi dipecat tapi dipindah tugaskan ya pakde? wes kaya tentara ae pindah2 mulu wkwkkw.... aduh aku melu nunggu lanjutannya lah

    OOT: template kembali keasal toh pakde???

    ReplyDelete
  18. Wah...kaya sinetron pakde, di setiap episoda selalu bikin penasaran, ditunggu saja lanjutannya.

    ReplyDelete
  19. wah wah cak gendon bikin pembaca jadi merasa ketagihan apa lagi sebenarnya yg akan membagikan ceritanya :D

    ReplyDelete
  20. harus dijelaskan sejelas2nya, biar tidak salah paham dan hanya bisa domblong hehe

    nuwun Pakde

    ReplyDelete
  21. ada beberapa orang yang tidak terlalu memikirkan masalah,jika itu sudah terselesaikan (walaupun ada kemasygulan). Tetapi terdapat juga orang seperti cak Gendon, yang tidak mau menerima begitu saja, walau dia sudah berada pd posisi relatif "aman".
    Orang yang masih memelihara nurani biasanya seperti itu. Dan ini bukan hendak mempersulit diri sendiri, tetapi mau meletakan kebenaran pada posisi dan kondisinya yang pas dan memang begitu lazimnya suatu kebenaran.

    salam pakde.....semoga sehat dan ibadah-ibadah di bulan puasa ini lancar selalu dan berkah ^__^

    ReplyDelete
  22. salam persahabatan selalu dr MENONE

    ReplyDelete
  23. cak gendon puasane ojo lali dijaga...

    ReplyDelete
  24. berkunjung kembali kesini untuk mengikuti perkembangan serial si domblong 2 ... ternyata dha update ampe level 6 ....

    ReplyDelete