Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Domblong (bagian 3)


Pada Domlong (bagian 2) telah dikisahkan ….. pada akhirnya perusahaan memutuskan untuk melakukan rotasi karyawan, dan Cak Gendon dimutasi ke departemen lain dan tidak diharuskan untuk mengganti semua kerugian perusahaan atas kelalaiannya. Tetapi Cak Gendon tetap merasa belum puas pada keputusan itu, karena dia tetap dianggap bersalah. Cak Gendon tetap akan berjuang untuk menghilangkan status “orang yang bersalah”. Ikutilah kisah selanjutnya…….

Sungguh keputusan perusahaan yang telah diputuskan adalah keputusan yang tidak dapat diterima oleh Cak Gendon. Dirinya merasa diperlakukan tidak adil, karena dia tidak diberi kesempatan untuk membela diri, untuk mejelaskan kronologis kejadiannya.Walaupun bagaimana Cak Gendon tetap harus menerima keputusan itu, karena tidak ada cara lain yang dapat dilakukannya.

“ Aku akan mencari cara untuk berbicara kepada boss untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya, tetapi aku harus menanti saat yang tepat, setidaknya menunggu suasana agak reda, tidak dalam susana hati yang panas seperti ini, karena boss mungkin sedang marah besar. Yah…aku harus menunggu waktu yang tepat” begitu guman Cak gendon dalam hati.

…ooOOoo…

Mutasinya Cak Gendon ke departemen yang baru membawa tekanan mental tersendiri baginya. Dia tidak sreg dengan kepindahannya, karena dia dianggap bersalah dalam kejadian kemarin, sungguh sangat memalukan baginya kondisi seperti itu.

Tekanan lain yang dirasa oleh Cak Gendon adalah pada kenyataannya tidak ada pembelaan yang diperoleh dari mantan kepala departemennya. Sungguh sangat menyakitkan hati, setelah sekian lama dia selalu bekerja penuh dengan loyalitas yang tinggi ternyata dia tidak mendapatkan pembelaan darinya, sehingga terkesan bila mantan kepala bagiannya hanya mencari selamat saja. Yah…dia merasa menjadi orang yang dikorbankan. Sungguh sangat menyakitkan hatinya.

Suatu kali setelah resmi pindah ke departemen yang baru,dia berbicara dengan mantan kepala departemennya tentang cara apa yang mungkin dapat dia lakukan agar dia bisa bicara dengan sang boss, untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

“Pak, kira-kira bagaimana menurut sampean cara yang benar agar saya dapat bicara dengan boss, untuk menjelaskan kejadian kemarin yang sebenarnya” Tanya Cak Gendon pada mantan kepala departemennya.

“Tidak usahlah, buat apa sampean mencoba menghadapnya untuk membicarakan masalah ini. Terima sajalah keputusannya, tidak usahlah membuat masalah baru, nanti malah menyeret-nyeret orang lain dan akan merembet kemana-mana” jawab mantan kepala departemennya.

“Maaf Pak, sepertinya saya menangkap kesan seolah-olah saya sengaja dikorbankan, Apakah memang saya sengaja dikorbankan?” Tanya Cak Gendon menyelidik.

Air muka mantan kepala departemennya berubah merah padam mendengar pertanyaan yang terduga dari Cak Gendon

“Ya, nggak begitu, maksud saya buat apa dibahas lagi, kan masalahnya sudah selesai” jawab mantan kepala bagiannya tidak bisa memberi alasan yang tepat.

….oooOOOooo…

Ketika saat menikmati istirahat siang, Cak Gendon duduk di pojok teras mushola di tempat kerjanya. Tak berapa lama kemudian datanglah salah seorang kawan karibnya yang duduk disamping nya.

“Aku ikut bersedih atas musibah yang menimpamu, Cak” sang rekan memulai percakapan.

“Terima kasih atas simpatinya Cak, musibah itu datangnya disaat yang tidak kita duga ya Cak” jawab Cak Gendon.

“Tapi kadang musibah itu datangnya sudah direncanakan” jawab rekannya.

“Maksudnya Cak” Tanya Cak Gendon

“Kadang musibah itu tinggal menunggu kelengahan kita saja” jawab rekannya.

“Kalau ngomong jelas dong Cak” kata Cak Gendon belum mengerti

“Ya… menunggu saat yang tepat” terang rekannya.

“Aku semakin tidak mengerti Cak” jawab Cak Gendon

“Maksudnya musibah yang kamu terima ini, sudah ditunggu datangnya” terang sang rekan

“Ditunggu bagaimana,?” Tanya Cak Gendon masih belum paham.

“Kesalahan apapun yang Cak Gendon buat, itulah moment yang dinantikan, dan sampean akan menjadi kambing hitam itu” jawan sang rekan.

“Benarkah saya sengaja dikorbankan” Tanya Cak Gendon.

“Benar Cak, sampean sengaja dikorbankan oleh pimpinan kita”, jawab rekannya tersebut.

“Memang salah saya apa” Tanya Cak Gendon lagi.

“Sampean sebenarnya memang tidak salah, tapi momen itu adalah kesempatan yang ditunggu” jawab rekannya lagi

“Kenapa begitu, sepertinya saya menjadi target” Tanya Cak Gendon lagi.

“Oalahhh Cak, sampean itu bagaimana, begitu saja tidak mengerti, sampean terlalu polos Cak, sehingga tidak tahu triks dan intriks di sekitar sampean” terang rekannya.

“Aku tambah tidak mudheng” jawab Cak Gendon.

“Begini loh Cak, sampean itu bekerja terlalu jujur, sehingga kalau sampean mendapat tips dari client, tips itu sampean bagi rata dengan kawan-kawan, itu membuat iri orang lain” terang rekannya.

“Bukankah itu bagus, bila hasil tips dibagi rata?” Tanya Cak Gendon , masih tidak mengerti.

“Itu kan menurut sampean, justru itu yang menjadi sumber masalahnya” jawab rekannya.

“Kok bisa begitu?” kata Cak Gendon, domblong ,belum juga mengerti.

“Begini loh Cak, para client itu juga memantau setiap orang yang bekerja disini, mereka, para client itu sangat menyukai sampean karena sampean itu tidak neko-neko dan juga tidak serakah, sehingga kalau ngasih tips sampean selalu banyak. Nah diantara kawan kita ada yang iri karena mereka mendapat uang tips yang sedikit. Mereka kemudian membuat laporan palsu kepada pimpinan kita, seolah olah sampean itu sering meminta paksa uang tips kepada client sejumlah tertentu. Pimpinan menjadi bingung dan ragu-ragu mengambil sikap, di sisi lain prestasi dan loyalitas sampean itu tinggi dan disisi lain dia didesak oleh kawan-kawan untuk menyingkirkan sampean, celakanya pimpinan kita tidak pernah memeriksa kebenaran semua laporan itu, sehingga dicarilah moment yang tepat. Akhirnya momen yang ditunggu datang juga, jadi moment kemarin itu menjadi alasan untuk menyingkirkan sampean”

“Ooo..begitu, mengerti aku sekarang” jawab Cak Gendon, dia mulai mengerti duduk permasalahannya, tetapi dia masih domblong dengan polosnya.

bersambung

15 comments :

  1. Inikah yg dinamakan jujur ajur pakde? Hehe

    Ditunggu kisah selanjutnya

    ReplyDelete
  2. hmmm....saya tau sekarang,,terkadang orang jujr itu banyak musuhnya lo Pakde,,saya juga pernah mengalaminya...

    ReplyDelete
  3. kok ceritanya mirp dengan perpolitikan di negeri ini y pakde, bukankah memfitnah itu dosa?

    salam dari malang

    ReplyDelete
  4. biasa... yang jujur disingkirkan, semoga kebenaran terungkap

    ReplyDelete
  5. Ininih yg bikin sy suka sakit ati...

    kalo ikut tes masuk kerja swasta, bumn ato negri pasti tesnya ideal bgt. pas wawancara benar2 yg menjujung tinggi nilai, padahal dalamnya bobrok2 juga. gak ada perbaikan dari generasi ke generasi.

    Yang ideal yang dikucilkan, gak diterima dilingkungan (kerja)

    *malah curhat ;)

    ReplyDelete
  6. perseteruan dalam lingkup kerja memang kerap terjadi... semoga ttp bisa menjadi 'baik' tanpa perlu memeikirkan kasak kusuk kanan kiri kang iia sii Cak Gendon nii :(

    ReplyDelete
  7. begitulah Pak kalo bekerja dalam satu atap banyak pribadi yang terlibat, selalu ada pihak yang berbeda dalam berpola pikir. Saya sendiri pernah mengalami ketika kerja seperti itu, selalu saja ada spion-spion yang memantau kondisi dan pikiran kita dan parahnya laporan yang dibuat justru ada ramuan ramuan tertentu yang mengantarkan kita pada kesimpulan yang tidak benar..
    Hidup bersosial selalu menghasilkan interaksi yang unik, tinggal kita kuat ndak dengan kepribadian kita

    ReplyDelete
  8. Semakin menarik untuk disimak, sudah mulai terasa hikmah yang ingin disampaikan dan secara penyampaian, tulisan ini benar-benar membuat penasaran.

    Cukup lama saya nda sowan kemari, ternyata Pak Dhe sudah salin baju. Masihkan dengan template ini form disqus tidak bisa ditempelkan?

    Themenya simple, saya jadi berminat mencobanya.

    ReplyDelete
  9. kulonuwon...
    sueng dalu pak de. wah saya ketinggalan episode 1 nya ini. Hmmm hal² seperti ini memang selalu ada dalam suatu kalangan tidak bisa dipungkiri rasa iri dengki selalu saja ada dalam diri kita, manusiawi barangkali. Dan memang yang kerap kali terjadi adalah adanya korban yang akan dijadikan "kambing hitam" oleh orang² tertentu yang merasa tidak sejalan. Ternyata orang jujur itu tidak pernah bisa diterima oleh "semua orang". yah beginilah yang terjadi pada umat manusia...
    saya tunggu kisah selanjutnya pak dhe..
    Sukses Slalu!

    ReplyDelete
  10. salam sahabat
    ehm kok mas Gendon apakah mas Gendon pesek Pakde??kok jadi gak nyambung maaf telat ya

    ReplyDelete
  11. ganti tampilan lagi...
    sepertinya saya baru nyadar...

    ReplyDelete
  12. Sepertinya ini dah mau happy ending nih

    ReplyDelete
  13. cak gendon iku pantes dadi koncoku pakde. kenalin dong...

    ReplyDelete
  14. salam sahabat
    cuma penasaran bagian terakhir terdapat himmah apa hehehe

    ReplyDelete
  15. Wah saya telat mampir kesini, saya belom baca dari pertama nih kisahnya hehe..
    Gendon itu sopo pakde? Aduh masih belum nyambung B)

    Baca yg lain dulu deh B)

    ReplyDelete