Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Domblong (bag 1)

Cak Gendon penginnya istirahat sejenak setelah semalam lembur stuffing container untuk shipping, kegiatan baru saja kelar, sehingga rasa kantuk yang berat sedang melandanya. Stuffing and shipping adalah kegiatan mengisi container dengan goods consumer, baik yang foods maupun yang non foods sekaligus kegiatan pengapalannya. Kebetulan Cak Gendon adalah orang yang bertanggung jawab dibidang stuffing container. Kegiatan stuffing container sudah selesai sekitar pukul delapan pagi. Memang masih ada beberapa barang yang tidak terangkut, karena barang tersebut tidak sampai memenuhi container, dan masih menunggu sebagian yang lain.

Baru saja Cak Gendon akan beringsut meninggalkan meja kerjanya, untuk beristirahat, datang lah sang boss, yang tiba tiba masuk ruang kerjanya dengan muka merah padam, yang menandakan sang boss sedang gusar dan marah besar. Tapi Cak Gendon tidak tahu bossnya marah pada siapa.

“Gara-gara sampean, kami semua mendapat marah dari client”, tiba-tiba sang Boss ngomel marah-marah. Cak Gendon diam saja, karena memang tidak merasa bersalah.

“Sampean tahu, berapa beayanya bila barang tersebut harus dimuat dengan pesawat.?” Sang Boss tetap mengomel, sedang Cak Gendon tetap diam karena dia tidak tahu bila bossnya sedang marah padanya.

“Ratusan juta Mas, beaya untuk memberangkatkan barang-barang itu dengan pesawat, dan kita yang harus menanggung semua beaya itu.” Sang Boss terus mengomel, Cak gendon tetap diam saja, dia benar-benar tidak mengerti kenapa bossnya marah-marah dan marah pada siapa.

“Client kita minta barang-barang itu harus dikirim dengan pesawat hari ini, karena alat-alat itu akan digunakan besok”, sang Boss terus mengomel, kemudian dia pergi meninggalkan kantor Cak Gendon.

Sedang Cak Gendon masih domblong, karena merasa bingung, kenapa sang Boss marah-marah, dan dia juga tidak tahu sang boss marah kepada siapa, yang lebih membingungkan lagi barang-barang apa yang dimaksudkan oleh sang Boss.

..ooOoo..

Sekitar pukul satu siang tiba-tiba Cak Toyo, driver mobil perusahaan , memarkirkan mobilnya di loading dock , tepat di depan pintu gudang . Raut muka Cak Toyo, juga menunjukkan kegusaran entah kepada siapa.

“Cak, Kenapa mobilnya kok diparkir di situ,?”, Tanya Cak Gendon mengusir rasa penasarannya.

“Ambil alat-alat drum band”, jawabnya singkat, menunjukkan kalau dia sedang masgul, sebab biasanya Cak Toyo itu orangnya grapyak.

“Mau dibawa kemana?”, Tanya Cak Gendon lagi.

“Dibawa ke Jakarta, untuk diberangkatkan dengan pesawat, penerbangan pertama, karena alat-alat ini akan dipakai minggu depan” jelas Cak Toyo masih masgul.

“Ooo……” Cak Gendon manggut-manggut masih terus domblong.

“ Jika alat-alat ini akan dipakai minggu depan, kenapa clientnya tidak memberi pesan khusus padanya, agar segera diberangkatkan, dan bila akan segera digunakan kenapa juga yang datang belum semuanya” pertanyaan ini menggelayut didalam hati Cak Gendon.

“Cak, alat drum band ini kan belum lengkap?” Tanya Cak Gendon pada Cak Toyo.

“Memang, kita juga masih menunggu yang lainnya sehingga lenkap semua hingga pukul tiga sore nanti,” Cak Toyo menjelaskan. “Tolong Bantu aku memasukkan ke dalam mobil” pinta Cak Toyo pada Cak Gendon. Cak Gendon segera membantu memuat kedalam mobil.

“Cak, kenapa sampean bisa begitu sembrono?” Tanya Cak Toyo pada Cak Gendon.

“Sembrono bagaimana?” Cak Gendon balik bertanya.

“Lho, alat drum band ini kan seharusnya sudah berangakat dengan kapal tadi, kok tidak sampean staffing, sehingga tidak terangkut dengan kapal tadi pagi?”

“Loh, Alat-alat ini kan msih kurang, bahkan separuh saja belum, disamping itu kan tidak ada pemberitahuan jika harus diberangkat dengan kapal tadi pagi”, Cak Gendon memberi alasan penundaannya. Cak Gendon sudah mulai mengerti mengapa sang Boss tadi marah-marah.

“Tapi katanya client, kalau dia sudah memberi tahu kalau alat-alat ini harus diberangkatkan lewat kapal tadi” jelas Cak Toyo.

“Tapi aku tidak menerima pemberitahuan itu, baik dari client dan dari perwakilannya di sini ataupun dari pimpinan perusahaan kita yang terkait dengan ini.” Jelas Cak Gendon.

“Entahlah Cak, informasi yang aku dengar begitu.” Kata Cak Toyo.

“Kalau memang begitu informasinya, pasti ini akan menjadi masalah besar, dan ujung-ujungnya mungkin aku akan di minta mengundurkan diri dari perusahaan ini” kata Cak Gendon, berusaha menenangkan diri.

“Sampean kok sampai berpikir begitu, Cak?” Cak Toyo balik bertanya.

“Sampean kan tahu, memberangkatkan alat-alat ini dengan pesawat beayanya kan besar, ratusan juta rupiah, itu tidak sedikit, gajiku berapa, tentu tidak akan cukup untuk mengganti kerugian ini, kalaupun harus men-cicil, tentu membutuhkan waktu bertahun tahun”. Jelas Cak Gendon lirih, masih berusaha menenagkan diri.

“Kalau itu yang akan terjadi, sampean harus sabar ya Cak, aku doakan mudah-mudahan sampean tidak sampai dipecat ataupun mengganti kerugian itu” Cak Gendon berusaha menghibur.

“Mudah-mudahan saja Cak”, jawab Cak Gendon lirih, sambil terus membantu memasukkan alat-alat drum band ke dalam mobil.

…..oooOOOooo…..


bersambung......

25 comments :

  1. sial bener nasibnya cak gendon y pakde, jadi tidak sabar menantikan sambungan ceritanya

    salam dari malang

    ReplyDelete
  2. semntara ini cak Gendon terdesak,,,masih nunggu endingnya ya Pak De....

    ReplyDelete
  3. Wah, masih penasaran nih. salah Cak Gendon apa ya? padahal alibinya dia kayaknya bener...

    ReplyDelete
  4. mis informasi namanya, tapi klau dari fakta kebanyakan konsumenlah yang sering mengubah rencana, dan perubahan itu sering pula tidak cepat sampai pada yang berwewenang...seperti cak Gendon tsb...kalau sudah begitu....siapa yg salah?

    ReplyDelete
  5. Ini namanya pakde baru membuat pembaca penasaran...

    ReplyDelete
  6. Selamat siang PakDe
    biasa mampir-mampir

    ReplyDelete
  7. Kali ini tulisan pakde bikin penasaran,,, Insya Allah sempat membaca sambungan cerita Cak gendon,, supaya tau salah siapa nantinya hehehe....

    ReplyDelete
  8. domblong iku opo toh Pak De. salam ae nggo Cak Gendon, sabar... sabar...

    ReplyDelete
  9. BAGIAN DUAAAA DONG PAKDE.. *gaknayntai* B")
    Penasaran huehe

    ReplyDelete
  10. emang bikin penasaran nih ceritanya, gimana ya nasib cak gendon selanjutnya....

    ReplyDelete
  11. Wahaha hoalaaah, apa yang akan terjadi dicerita selanjutnya? hehe :p

    ReplyDelete
  12. Jadi, ceritanya bersambung nih, Pak Dhe? O...ikut ndomblong aku jadinya. Hehehe....

    ReplyDelete
  13. bagaimanakah kelanjutan ceritanya? kita tunggu di episode (posting) berikutnya. ikut penasaran saya pakde

    ReplyDelete
  14. hla?? kok ndomblong ae?
    miskom nya di mana niy?
    penasaran ... :D

    ReplyDelete
  15. Hem.. pertama aku baru tau klo kerjaan itu namanya Stuffing Container pakde *ndeso

    Kedua, sebenernya lha ya bukan salah'e Cak Gendon juga, lha wong de'e ndak memberangkatkan alat2 Drum Band pake kapal karena alat2nya belum lengkap kok, lha masa mau melakukan pengiriman 2 kali toh? ditambah ndak ada informasi dari atasan...

    ketiga, aku tunggu lanjutannya semoga Cak gendon ndak dipecat...

    Monggo pakde, aku tak pamit dsik... met berpuasa :)

    ReplyDelete
  16. cak gendonnya kapan pulang kampungnya ya?hehe
    cak gendonnya kapan pulang kampungnya ya?hehe

    ReplyDelete
  17. wahhh repot iia.. harusnya punya pesawat jet pribadi kek super band iron maiden tuh supaya gag kerepotan ngurusin alat manakala mesti mentas dmna2 :p

    ReplyDelete
  18. Salam kenal pak de. jd penasaran. mampir2 juga ya pak de ke http://tirtadarmantio.blogspot.com/

    ReplyDelete
  19. nunggu cak gendon ndomblong selanjutnya ....

    ReplyDelete