Tim Van Damme Pakde Sulas

Me

Blog

Bahagia

0 comments
“Cak, aku dari kecil sampai sekarang tidak pernah merasakan bahagia”, kata kawan cak Nono, saat duduk beristirahat

“Ah, jangan berata begitu, tidak baik, itu namanya mengingkari pemberian Alloh”, kata cak Nono, seolah menasehati sang kawan.

“Bener Cak, yang kurasakan hanya kesedihan melulu”, kata sang kawan.

“Cak, terkadang kesedihan sesaat itu sering kali menghapus kebahagiaan setahun”, kata cak Nono seolah berfilsafat.

“Maksudnya gimana Cak?”, tanya sang kawan.

“ Contohnya begini, saat sampean terima gaji itu bahagia tidak?”, tanya  cak Nono

“Ya, bahagia Cak, wong terima gaji kok tidak bahagia, tapi kan tidak cukup untuk belanja satu bulan Cak”, kata sang kawan

“Nah itu artnya sampean pernah bahagia kan, walaupun sesaat”, kata cak Nono.

“ Cak, bahagia untuk setiap orang itu relatif, tidak sama setiap orang, walaupun ada yang sama namun tidak  sama persis”, kata cak Nono, seolah memberi kuliah.

“Maksudnya Cak?’, tanya sang kawan

“Maksudnya? maksudnya setiap orang pasti mengalami kesedihan dan kebahagian. Jangan pernah berpikir orang yang banyak hartanya itu pasti bahagia, belum tentu Cak”,  jawab cak Nono.

“Ya gak mungkin loh Cak, kalau orang yang hartanya banyak itu tidak bahagia, karena mau apa saja pasti keturutan?”,kata sang kawan, memberi alasan.

“Tidak semua yang ada didunia ini, bisa ditukar dengan harta Cak”, kata cak Nono pendek.

“Kalau sampean tidak percaya, sampean lihat pasien di rumah sakit yang paling mewah dikota ini, disitu rumah sakit digabung dengan hotel, sehingga keluarga si pasien bisa menginap  sambil menunggu sanak saudara yang sedang sakit”, kata cak Nono memberi contoh.

“Apakah mereka bahagia, tidak, mereka juga bersedih karena ada sanak kerabatnya ada yang sakit, walaupun mereka bisa membayar semua ongkosnya, tetap saja mereka juga tetap mengalami kesedihan, juga rasa tidak bahagia”, jelas cak Nono.

“Atau jangan kira orang yang kaya itu selalu bahagia, mereka juga takut bangkrut, sehingga mungkin waktu istirahat mereka akan lebih sedikit dari kita, yang mereka pikirkan adalah bekerja, dan bekerja, sehingga tida punya waktu untuk bersenang senang, apakah itu bisa disebut bahagia?”, cak Nono menjelaskan lebih panjang, seperti dosen saja.

“Apalagi orang yang kaya dari hasil yang tidak benar , misalnaya hasil korupsi, hasil suap, atau hasil mencuri. Jelas mereka tidak akan merasakan ketenangan dalam hidupnya, mereka takut ditangap oleh aparat penega hukum, dan takut masuk penjara”, Jelas cak Nono lebih lanjut.

“Jadi kita harus selalu berusaha untuk  bisa menerima semua rejeki dari Alloh, karena rejeki itu bentuknya tidak melulu berupa harta, karena kesehatan itu juga salah satu bentuk rejeki dari Alloh. Anak yang taat pada orang tua itu juga termasuk rejeki. Coba sampean pikirkan jika sampean punya harta yang banyak, tapi anak sampean nakal, selalu berurusan dengan pihak berwajib , karena pakai narkoba, atau berbuat kriminal lain, apakah sampean bisa merasa bahagia?, tidak bukan?”, cak Nono memberi penjelasan yang panjang lebar seperti ustad saja.

“Benar Cak, kebahagian itu tidak bisa diukur, karena setiap orang berbeda cara merasakannya, dan cara mencarinya?” kata sang kawan.

“Intinya, kalau kta pingin bahagia, kita hurus selalu berbuat jujur dan bersyukur atas semua pemberian dari Alloh, Kalaupun kita diberi sakit, pasti ada hikmahnya buat kita”, lanjut cak Nono.

“Mungkin kita bukanlah seorang pejabat, atau seorang manager sebuah perusahaan, setidaknya kita mempunyai pekerjaan, dengan hasil pekerjaan yang kita kerjakan, kita dapat memberi nafkah yang halal  untuk anak istri kita”, cak Nono menjelaskan lebih lanjut.

“Dan mudah - mudahan, rejeki yang kita peroleh menjadi rejeki yang barokah”, sambung sang kawan.



Read more

Secangkir Kopi Hitam

0 comments
Cak Nono, terlihat  seperti mencari sesuatu di pantry. Itu bisa dimaklumi karena Cak Nono memang jarang masuk pantry di tempat kerjanya. Setiap harinya office boy yang selalu menyiapkan minum di meja cak Nono. Segelas air putih itulah yang selalu siap di meja.

Dibukanya setiap laci lemari pantry, diperiksanya satu persatu isinya.
“Nah ini dia yang aku cari”, guman cak Nono dalam hati. Diambilnya sebuah cangkir, kemudian sebuah  tatakan cangkir. Bergeser ke kanan , kemudian dibuka laci lemari, kemudian dimbilnya kopi hitam dan gula. Diambilnya satu sendok takaran kopi dan dimasukkan ke dalam cangkir. kemudian dimasukkan gula putih tiga sendok teh kedalam cangkir.

“Sekarang siap dituangi air panas”, guman Cak Nono dalam hati. Cak nono kemudian menuangkan air panas yang sudah siap. Diaduknya  penuh dengan perasaan , seolah dia sudah ahlinya membuat kopi yang nikmat.

 “Ok, Selesai sudah, sekarang tinggal menikmatinya” , guman cak Nono, sambil meremas remas tangannya, yang kemudian ditiup kedua tanganya, sebagai tanda puas. “ Huaahh”

Dibawanya secangkir kopi buatannya ke dalam kantor, beberapa kawan Cak Nono merasa heran , karena tidak biasanya dia meminum kopi.

“Dengaren ngopi Cak”, sapa kawannya , mengungkan penasarannya.

“ Lagi kepingen  Cak”, jawab Cak Nono ringan

Disruputnya kopi buatannya yang masih agak panas, “Hmmmm....nikmatnya”, kata cak Nono dalam hati.
Setelah beberapa sruputan...minum kopi Cak Nono segera melakukan aktivitas seperti biasanaya, mengerjakan tugas tugasnya.Rupanya kopi yang masih hangat  itu sangat meggoda Cak Nono, disruputnya kopi itu sampai habis.

Ketika hari sudah menjelang sore, waktunya cak Nono mengakhiri tugasnya hari ini, dia bersiap siap pulang. Tiba tiba dia merasakan sesuatu di perutnya. “Aduh perih sekali perutku”, kata cak Nono dalam hati.“Perasaan aku tidak makan yang asam-asam tadi”, guman cak Nono dalam hati.

“Ada apa Cak?”, tanya kawannya, kawannya merasa heran dengan tingkah cak Nono yang memegangi perutnya, dan wajahnya agak meringis menahan sakit.

“Perutku perih melilit Cak”, jawab Cak Nono.

“Sampean habis makan yang masam-masam kali?”, kata kawannya.

“Ya enggaklah, aku kan punya sakit  magh, jadi gak berani makan yang begituan.
“Atu sampean minum sesuatu ?” tanya kawannya lagi.

“Apa gara gara minum kopi ya?”, kata Cak Nono setengah bertanya.
“Nahhh... itu dia Cak, kadang kadang ada orang yang tidak dapat minum kopi, karena membuat perutnya kembung dan perih, apalagi sampean kan punya riwayat sakit magh”, kawannya menjelaskan.

Kemudian cak Nono menepuk tepuk perutnya, dan dirasakan memang kembung.

“Benar cak perutku juga kembung”, kata cak Nono.

“Pulang kerja langsung mampir ke toko obat saja Cak, beli obat kembung atau obat magh.

“Iya, Cak”, kata Cak Nono.

Sepulang kerja Cak Nono langsung mampir ke apotik yang dekat rumagnya untuk beli obat magh.

Read more

Berjumpa Kawan Lama

0 comments
“Permisi pak, Saya mau menemui seoarng kawan di Coffeshop”, Kata cak Nono pada seorang security yang sedang berjaga di pintu masu sebuah hotel.

“ Monggo monggo pak, silahkan masuk”, kata si security dengan ramah.

Cak Nono masih tampak ragu untuk masuk, dia menoleh seperti mencari sesuatu. Pandangannya mengarah lurus kearah depan, yang tampak hanya mobil terparkir disana.

“Kenapa pak?”, sang security bertanya padanya.

“Maaf pak, parkir motor sebelah mana ya?” tanya cak Nono, rupanya dia sedang mencari tempat parkir untuk motor.

“ Bapak lurus saja, mentok, lalu belok kiri”,  sang security menunjukan arah lokasi parkir pada cak Nono.

Cak Nono lalu mengikuti arah yang di tunjukkan , dia seperti kagum dengan apa yang dilihatnya.
“ Hmm, tamu hotel ini, semua bawa mobil” Cak Nono berkata hati.
Sampailah di ujung jalan yang ditunjukkan oleh security ,  cak Nono lalu belok kiri. Dia nampak terdiam, sejenak dia mengamati apa yang dilihat didepannya.

Yang tampak dimata cak Nono hanyalah sebuah lorong atau jalan kecil,  yang panjangnya kira kira dua puluh meter dan lebarnya kira kira  dua meter,  hanya cukup untuk beberapa motor. Dan yang terparkir disana hanya  tiga motor, mungkin itu juga motor punya pegawai hotel.
Di ujung jalan tadi ada mushola kecil, jelas itu sebuah bangunan mushola karena disana ada terpampang tulisan “Mushola”, tidak seberapa besar memang .

Kebetulan, waktu sudah menunjukkan saat sholat Isya’, sudah terdengar suara adzan dari masjid disekitaran hotel , disempatkan oleh cak Nono sholat dulu sebelum menemui kawan lamanya.
Selesai sholat , cak Nono berjalan menuju keluar dari  lorong parkir motor. Dia mengamati sekitarnya, terlihat lahan parir yang luas. Dicarinya dimana kira kira lokasi coffeshopnya.
Dia melangkah berjalan menuju seseorang, sepertinya dia adalah petugas hotel

“Maaf pak, dimana coffeshonya ya?”, tanya Cak Nono.
“Bapak lurus saja, melintasi tempat parkir ini, disana  caffeeshopnya” jelas petugas itu.
Cak Nono kemudian melintas tempar parkir dan berjalan lurus, Sampailah ditempat yang dituju. Disana terpampang tulisan Coffeeshop. Rupanya coffeshopnya ada dua zona, yaitu ruangan dan di luar ruangan. Zona diluar ruangan digunakan untuk area smoking, sedang yang didalam untuk area nosmoking.

Cak Nono berdiri diluar, dia mengamati orang yang ada di sana, tapi tidak ada yang mirip dengan yang ada di benaknya. Agak lama dia berdiri disana untuk memastikan kawannya berada disana atau tidak. Tetap saja tidak ada yang dia kenal.
Yang ingin ditemuai oleh Cak Nono adalah kawan lama semasa sekolah, dan mereka sudah tidak pernah bertemu sekitar tiga puluh tahun. Ada kemungkina ada perubahan bentuk badan ada wajah, sehingga sulit dikenali.

Dicoba oleh cak Nono dengan call,  tapi sang kawan lama tidak menjawab. Sampai beberapa kali pun tetap tida ada jawaban. “Jangan jangan dia lupa atu handphone nya ketinggalan" , kata hati cak Nono.

Cak Nono mencoba menghubungi sang kawan dengan whatsapp.
“Aku sudah berdiri didepan pintu coffeeshop Cak” tulis Cak Nono pada whatsapp.

“Pintu sebelah mana?”,  dibalas oleh sang kawan.

“Dekat coffee Cak”, balas  Cak Nono.

“Sampean tetap disana saja, biar aku yang samperin sampean Cak” balas sang kawan

Tak seberapa lama kumudian munculah seorang laki laki yang agak gemuk menghapiri cak Nono. Dia berjalan dari arah belakang, tampaknya leleki itu sedang sakit atau mengalami sesuatu. Dia berjalan agak menyeret kainya.

Cak Nono, segera menoleh belakang, begitu merasa ada orang yang berjalan dari arah belakngnya. Orang tersebut tersenyum pada cak Nono. Cak Nono juga tersenyum padanya. Dia menduga pasti orang ini kawannya.

Cak Nono memang tidak begitu mengenali wajahnya, dipandangnya wajah orang yang berdiri didepannya, sepintas dia memang melihat wajahnya waktu masih muda dulu. Cak Nono yakin, bila orang yang berdiri didepannya adalah sang kawan lama tersebut.

Segeralah di menjabat tangannya. “Kenapa kakinya?”, cak Nono berbasa basi, umtuk menutupi kikuknya.

“Biasalah Cak, wis tuwo, dadi serangan penyakit iku onok wae” jawab sang kawan dengan agak tertawa.

“Sampean merokok?” tiba tiba sang kawan bertanya.

“Ah Enggak, aku gak merokok”, timpal cak Nono.

“Kalo gitu kita didalam saja, karena aku juga tidak merokok”, kata sang kawan sambil mengajak masuk. dan menuju ke sebuah meja yang masih kosong.

Seorang pramusaji datang , mendekat, menanyakan menu yang dipesan.

“Makan apa Cak” tanya sang kawan.

“Aku gak makan, karena sebelum ke sini aku sudah makan” , jawan cak Nono.
“Kalo gitu minum saja, pesan jus apa sampean?”

“Jus yang ada mbak?” tanya sang kawan pada pramusaji.

“Sirsat, semangka,terong belanda .........” jawab sang pramusaji

“Aku jus sirsat saja” kata cak Nono

“Aku jus semangka “, kata sang kawan

Suasana pertemuan antara Cak Nono dan sang kawan sudah mulai mencair, mereka ngobrol dengan gayeng, menceritakan perjalanan hidupnya masing -masing, kadang diiringi gelak tawa bila ada yang dirasa lucu, tapi juga kadang tampak serius.

Read more

Salah Alamat

0 comments
“Bu, aku berangkat”, pamit Cak Nono pada istrinya.

“Ya, ayah, hati hati ya”. jawab sang istri.

“Kemana Yah?’, tiba tiba terdengar suara seoarang anak berusia belasan tahun bertanya.

Rupanya putra Cak Nono, sedang menuruni tangga , dia rupanya tidak tahu kemana ayahnya akan pergi.

“Ayahmu mau menemui kawan lamanya”,  Ibunya memmberi tahu.

“Ketemuan dimana Yah?”, tanya putranya lagi.

“Di coffee shop nak, kamu mau ikut kah?, jawab pakde Cak Nono, juga menawarkan putranya umtuk ikut serta.

“ Ah, enggak Yah, aku juga lagi ada PR, hati hati ya Yah” timpal putranya.

Jam dinding menunjukkan waktu sudah pukul 6 malam, segera Cak Nono memacu motornya. Cuaca sedang bersahabat, hari ini cuaca cerah, Cak Nono tidak perlu takut kehujanan. Tidak sampai setengah jam perjalanan sampailah pada tempat yang dituju.

Tiba tiba Cak Nono merasa bimbang sewaktu akan melewati pos penjagaan hotel, dibacanya tulisan didepannya “Hotel Mercure”. Semakin bimbang hati Cak Nono,” Loh hotel ini apa sudah berganti nama?, dalam hati nya bertanya-tanya. “Perasaan tempat ketemuannyadihotel.

Turunlah Cak Nono dari motornya, kemudian dia mendekati seorang security di dekatnya.

“Maaf pak, apakah hotel ini namanya Hotel Elmi? Cak Nono bertanya.

“Bukan pak, hatel ini namaya Mercure” jawab security, memandang dengan heran.

“Kalo Hotel Elmi dimana? pakde Gendut berusaha bertanya.

“ Maaf pak, saya tidak tahu, karena saya orang baru disini”. jawab security itu. Cak Nono tidak berusaha bertanya lagi, percuma saja, karena dia juga tidak akan tahu.

“Maaf pak, saya telah salah alamat” Cak Nono undur diri, tetapi dalam hatinya memang hotel ini yang dikasud kawannya, karena security tadi orang baru, dia tidak tahu kalau hotel ini dulunya bernama hotel Elmi.

Tak jauh dari security, tampaklah seorang bapak bapak yang sedang duduk diatas motornya diluar pagar hotel, kelihatannya sedang menunggu seseorang di hotel itu juga.
Cak Nono mendekat ke orang tersebut, “ Maaf Pak, boleh saya bertanya?”

“Monggo Pak, bertanya apa?”, orang tersebut mempersilahkan , sambil tersenyum ramah.

“Apakah hotel ini namanya Hotel Elmi?” Tanya Ca Nono padanya.

“Bukan pak, ini bukan hotel Elmi”. terangnya, orang tersebut seperti mengingat ingat sesuatu.

“Kalau Hotel Elmi, dimana ya ?”  Cak Nono lanjut bertanya.

“Kalau tidak salah dekat Tunjungan Plaza belok kanan Pak”. orang tersebut menjelaskan , tapi sepertinya tidak begitu yakin.

“ Matur suwun Pak, ngapunten ngrepotaken” kata Cak Nono pada orang tersebut.

“Mboten nopo-nopo Pak” jawab orang tersebut, masih dengan tersenyum ramah.

Cak Nono merasa seperti orang paling bodoh, masa di kota sendiri tidak tahu dimana lokasi hotel yang sudah demikian ternama.

“Waalahhh bodohnya aku, kenapa aku tidak nelpon  dia saja, dimana lokasinya”, Cak Nono seperti merasa tersadar dari kebodohannya.

“Hallo Cak, kita ketemuan dimana? Tanya Cak Nono pada kawan yang akan ditemuinya, seolah olah lupa tempat pertemuannya.

“Kita ketemu di coffeeshop Hotel Elmi saja Cak , jalan pangsud , lokasinya dekat bambu runcing” jawab kawan Ca Nono diseberang telpon.

“Nahhh ini info yang kutunggu tunggu” kata hati Cak Nono, sambil senyum.
“Siapppp aku meluncur kesana”. Kata Cak Nono dengan senyum mengembang, karena dia sudah tahu ancar ancar tempatnya, seperi yang disebutkan oleh kawannya.

“Untung lokasinya tidak jauh dari sini” berkata Cak Nono dalam hati, dan memang hanya sekitar sepuluh menit Cak Nono sudah sampai disana.

Read more

Mit Nite Tausiah

2 comments

Pernahkah kita berpikir, kapankah waktu yang tepat untuk “memberikan” pengetahuan tentang agama, ibadah atau tentang apa saja kepada putra-putri kita. Pengetahuan tentang agama, perilaku, amal ibadah adalah hal sangat penting untuk diketahui, agar putra – putri kita tidak “tersesat”. Tiap orang tentu mempunyai jawaban sendiri tentang kapan  waktu yang tepat  tersebut. Aku juga demikian. Aku biasanya memberikan tausiah pada putraku pada waktu malam hari.

Aku terkadang masih menemani tidur putraku di kamarnya. Sejatinya, aku memang masih belum tega untuk membiarkan putraku tidur sendirian, karena putraku masih kelas enam sekolah dasar.

Tentunya aku tidak langsung berbisara “cas,cis,cus” tentang berbagai hal. Biasanya kami berbincang tentang berbagai hal dahulu, yang kemudian “diselipi” dengan “hukum agama” tentang suatu  hal yang sedang dibicarakan.

Banyak “ilmu” yang bisa kita berikan pada putra putri kita, misal: wudlu, di sini banyak hal yang bisa kita ajarkan, contohnya, hal yang wajib dalam wudlu, yang sunah dalam berwudlu, yang membatalkan wudlu. Atau tentang sholat, disini juga banyak yang bisa kita ajarkan, misal: hal yang wajib dalam sholat, hal yang sunah dalam sholat. Dan masih banyak lagi “hal” yang dapat kita berikan kepada putra putri kita dengan suasana yang “santai” tapi mengena.

Janganlah kita berbicara seperti “berceramah”, karena berceramah  biasanya sangat tidak di sukai anak. Anak lebih suka bila dipancing dengan suatu “masalah”, baik yang dihadapi sendiri maupun orang lain. dan dia ingin mendapat jawaban atas masalah yang tidak di ketahuinya atau yang masih meragukannya.

Aku biasanya masih memberikan kesempatan pada putraku untuk menanyakan tentang hal yang aku bicarakan itu pada orang yang dianggap mengerti masalah itu pada orang lain, misalnya pada guru, ustad atau pada siapapun yang dianggap mengerti masalah itu.

Intinya kita harus memberikan “ilmu” yang bermanfaat kepada putra-putri ita agar mereka tidak “tersesat”.

Yang juga lebih penting adalah kita harus memberi contoh pada putra putri kita dengan perbuatan yang nyata. Kita juga harus mengamalkan  apa yang telah kita ajarkan kepada putra – putri kita. Bukan hanya ngomong doang

Read more