Pernahkah kita berpikir, kapankah waktu yang tepat untuk “memberikan” pengetahuan tentang agama, ibadah atau tentang apa saja kepada putra-putri kita. Pengetahuan tentang agama, perilaku, amal ibadah adalah hal sangat penting untuk diketahui, agar putra – putri kita tidak “tersesat”. Tiap orang tentu mempunyai jawaban sendiri tentang kapan waktu yang tepat tersebut. Aku juga demikian. Aku biasanya memberikan tausiah pada putraku pada waktu malam hari.
Aku terkadang masih menemani tidur putraku di kamarnya. Sejatinya, aku memang masih belum tega untuk membiarkan putraku tidur sendirian, karena putraku masih kelas enam sekolah dasar.
Tentunya aku tidak langsung berbisara “cas,cis,cus” tentang berbagai hal. Biasanya kami berbincang tentang berbagai hal dahulu, yang kemudian “diselipi” dengan “hukum agama” tentang suatu hal yang sedang dibicarakan.
Banyak “ilmu” yang bisa kita berikan pada putra putri kita, misal: wudlu, di sini banyak hal yang bisa kita ajarkan, contohnya, hal yang wajib dalam wudlu, yang sunah dalam berwudlu, yang membatalkan wudlu. Atau tentang sholat, disini juga banyak yang bisa kita ajarkan, misal: hal yang wajib dalam sholat, hal yang sunah dalam sholat. Dan masih banyak lagi “hal” yang dapat kita berikan kepada putra putri kita dengan suasana yang “santai” tapi mengena.
Janganlah kita berbicara seperti “berceramah”, karena berceramah biasanya sangat tidak di sukai anak. Anak lebih suka bila dipancing dengan suatu “masalah”, baik yang dihadapi sendiri maupun orang lain. dan dia ingin mendapat jawaban atas masalah yang tidak di ketahuinya atau yang masih meragukannya.
Aku biasanya masih memberikan kesempatan pada putraku untuk menanyakan tentang hal yang aku bicarakan itu pada orang yang dianggap mengerti masalah itu pada orang lain, misalnya pada guru, ustad atau pada siapapun yang dianggap mengerti masalah itu.
Intinya kita harus memberikan “ilmu” yang bermanfaat kepada putra-putri ita agar mereka tidak “tersesat”.
Yang juga lebih penting adalah kita harus memberi contoh pada putra putri kita dengan perbuatan yang nyata. Kita juga harus mengamalkan apa yang telah kita ajarkan kepada putra – putri kita. Bukan hanya ngomong doang
ceramah sebenarnya cukup seminggu sekali yaitu saat jumaat, pada harian lebih cocok ajakan lewat perbuatan atau istilah topnya dakwah bilhal. anak2 butuh teladan bukan ocehan memang pakde
ReplyDeletesudah dicoba mitnait pakde..?
ReplyDelete