“ Monggo monggo pak, silahkan masuk”, kata si security dengan ramah.
Cak Nono masih tampak ragu untuk masuk, dia menoleh seperti mencari sesuatu. Pandangannya mengarah lurus kearah depan, yang tampak hanya mobil terparkir disana.
“Kenapa pak?”, sang security bertanya padanya.
“Maaf pak, parkir motor sebelah mana ya?” tanya cak Nono, rupanya dia sedang mencari tempat parkir untuk motor.
“ Bapak lurus saja, mentok, lalu belok kiri”, sang security menunjukan arah lokasi parkir pada cak Nono.
Cak Nono lalu mengikuti arah yang di tunjukkan , dia seperti kagum dengan apa yang dilihatnya.
“ Hmm, tamu hotel ini, semua bawa mobil” Cak Nono berkata hati.
Sampailah di ujung jalan yang ditunjukkan oleh security , cak Nono lalu belok kiri. Dia nampak terdiam, sejenak dia mengamati apa yang dilihat didepannya.
Yang tampak dimata cak Nono hanyalah sebuah lorong atau jalan kecil, yang panjangnya kira kira dua puluh meter dan lebarnya kira kira dua meter, hanya cukup untuk beberapa motor. Dan yang terparkir disana hanya tiga motor, mungkin itu juga motor punya pegawai hotel.
Di ujung jalan tadi ada mushola kecil, jelas itu sebuah bangunan mushola karena disana ada terpampang tulisan “Mushola”, tidak seberapa besar memang .
Kebetulan, waktu sudah menunjukkan saat sholat Isya’, sudah terdengar suara adzan dari masjid disekitaran hotel , disempatkan oleh cak Nono sholat dulu sebelum menemui kawan lamanya.
Selesai sholat , cak Nono berjalan menuju keluar dari lorong parkir motor. Dia mengamati sekitarnya, terlihat lahan parir yang luas. Dicarinya dimana kira kira lokasi coffeshopnya.
Dia melangkah berjalan menuju seseorang, sepertinya dia adalah petugas hotel
“Maaf pak, dimana coffeshonya ya?”, tanya Cak Nono.
“Bapak lurus saja, melintasi tempat parkir ini, disana caffeeshopnya” jelas petugas itu.
Cak Nono kemudian melintas tempar parkir dan berjalan lurus, Sampailah ditempat yang dituju. Disana terpampang tulisan Coffeeshop. Rupanya coffeshopnya ada dua zona, yaitu ruangan dan di luar ruangan. Zona diluar ruangan digunakan untuk area smoking, sedang yang didalam untuk area nosmoking.
Cak Nono berdiri diluar, dia mengamati orang yang ada di sana, tapi tidak ada yang mirip dengan yang ada di benaknya. Agak lama dia berdiri disana untuk memastikan kawannya berada disana atau tidak. Tetap saja tidak ada yang dia kenal.
Yang ingin ditemuai oleh Cak Nono adalah kawan lama semasa sekolah, dan mereka sudah tidak pernah bertemu sekitar tiga puluh tahun. Ada kemungkina ada perubahan bentuk badan ada wajah, sehingga sulit dikenali.
Dicoba oleh cak Nono dengan call, tapi sang kawan lama tidak menjawab. Sampai beberapa kali pun tetap tida ada jawaban. “Jangan jangan dia lupa atu handphone nya ketinggalan" , kata hati cak Nono.
Cak Nono mencoba menghubungi sang kawan dengan whatsapp.
“Aku sudah berdiri didepan pintu coffeeshop Cak” tulis Cak Nono pada whatsapp.
“Pintu sebelah mana?”, dibalas oleh sang kawan.
“Dekat coffee Cak”, balas Cak Nono.
“Sampean tetap disana saja, biar aku yang samperin sampean Cak” balas sang kawan
Tak seberapa lama kumudian munculah seorang laki laki yang agak gemuk menghapiri cak Nono. Dia berjalan dari arah belakang, tampaknya leleki itu sedang sakit atau mengalami sesuatu. Dia berjalan agak menyeret kainya.
Cak Nono, segera menoleh belakang, begitu merasa ada orang yang berjalan dari arah belakngnya. Orang tersebut tersenyum pada cak Nono. Cak Nono juga tersenyum padanya. Dia menduga pasti orang ini kawannya.
Cak Nono memang tidak begitu mengenali wajahnya, dipandangnya wajah orang yang berdiri didepannya, sepintas dia memang melihat wajahnya waktu masih muda dulu. Cak Nono yakin, bila orang yang berdiri didepannya adalah sang kawan lama tersebut.
Segeralah di menjabat tangannya. “Kenapa kakinya?”, cak Nono berbasa basi, umtuk menutupi kikuknya.
“Biasalah Cak, wis tuwo, dadi serangan penyakit iku onok wae” jawab sang kawan dengan agak tertawa.
“Sampean merokok?” tiba tiba sang kawan bertanya.
“Ah Enggak, aku gak merokok”, timpal cak Nono.
“Kalo gitu kita didalam saja, karena aku juga tidak merokok”, kata sang kawan sambil mengajak masuk. dan menuju ke sebuah meja yang masih kosong.
Seorang pramusaji datang , mendekat, menanyakan menu yang dipesan.
“Makan apa Cak” tanya sang kawan.
“Aku gak makan, karena sebelum ke sini aku sudah makan” , jawan cak Nono.
“Kalo gitu minum saja, pesan jus apa sampean?”
“Jus yang ada mbak?” tanya sang kawan pada pramusaji.
“Sirsat, semangka,terong belanda .........” jawab sang pramusaji
“Aku jus sirsat saja” kata cak Nono
“Aku jus semangka “, kata sang kawan
Suasana pertemuan antara Cak Nono dan sang kawan sudah mulai mencair, mereka ngobrol dengan gayeng, menceritakan perjalanan hidupnya masing -masing, kadang diiringi gelak tawa bila ada yang dirasa lucu, tapi juga kadang tampak serius.
0 comments :
Post a Comment