Aku duduk di sebelah anakku yang sedang sakit, aku letakkan tanganku di dahinya, kurasakan suhu tubuhnya sangat tingi. segera aku berikan sirup penurun panas dan aku mengambil washlap yang telah aku celupkan air hangat untuk mengompres nya.
Tiba tiba ia menangis dan menumpahkan rasa kecewanya. “ Ayah, mengapa Alloh tidak mengabulkan doaku?”. Aku terkejut dengan pertanyaanya.
“Memangnya kamu berdoa apa nak?” ganti aku yang balik tanya.
“Aku berdoa pada Alloh agar aku diberi sembuh, tapi mengapa aku masih sakit?kata anakku, berkata sambil sesunggukan.
“Anaku, segala sesuatu itu ada prosesnya, tidak bisa langsung terjadi, berdoa juga begitu , pasti ada waktu untuk menunggu, entah lama atau sebentar doamu pasti akan dikabulkan Alloh”,
“Minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter InsyaAlloh kamu akan segera sembuh, karena obat juga memerlukan waktu untuk menyembuhkan, tidak bisa sekali minum obat langsung sembuh”.Aku mencoba menenangkan anakku dengan memberi alasan yang bisa diterima.
“Ayah, apakah Ayah pernah merasa kecewa dengan Alloh?”, sebuah pertanyaan yang sangat menohok sekali, aku bingung bagaimana harus menjawabnya, tapi aku harus menjawabnya.
“Tentu setiap manusia pasti pernah kecewa dalam hidupnya, entah kecewa kepada orang tua, teman, atau bahkan kepada Alloh, Tuhannya. Tapi semua itu kembali kepada kita, tergantung kepada kemampuan kita dalam menyikapinya” aku mencoba untuk menjawab pertanyaan anakku.
“Kapan ayah pernah kecewa kepada Alloh?” anakku kembali mengajukan pertanyaan yang menohok lagi.
“Saat ayah gagal mendapatkan pekerjaan, ayah kecewa berat, semua usaha telah ayah usahakan , tetapi ayah tidak juga mendapatkan pekerjaan yang ayah inginkan , ayah putus asa, ayah pernah berpikir bila Alloh telah tidak adil terhadap ayah” aku mencoba untuk menjelaskan kepada anakku.
“Bagaimana ayah mengatasi perasaanitu?” anakku mencoba untuk tahu cara mendapatkan solusinya.
“Ayah mencoba sharing dengan orang lainyang lebih berpengalaman, dan pada orang yang arif, misalnya dengan orang berpengetahuan agamanya lebih luas, sehingga hati ayah lebih tenang menghadapi kegagalan”. aku menjelaskan
“Apakah ayahtidak malu” pertanyaan anakku masih berlanjut.
“Kenapa harus malu? untuk meraih sukses kita tidak boleh malu, kita harus berani sharing dengan orang lain, sehingga kita mendapatkan keputusan yang terbaik.
“Ya Ayah, aku mengerti”, rupanya anakku sudah mengerti apa yng telah aku jelaskan tadi.
“Sekarang kamu harus banyak istirahat agar segera sembuh ya”, kataku pelan sambil tersenyum.
Au kemudian rebahan disebelah anakku
sudah sembuhan pakde?
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah sembuh
Delete