Tiba-tiba hapeku berbunyi, segera angkat, ternyata yang menelpon adalah istriku.
“Assalamu’alaikum… ada apa Bu?’’ tanyaku, aku penasaran.
“Yah…sampean itu gimana sih jaga warung?” suara istriku, sepertinya mempertanyakan kinerjaku.
“Kenapa Bu, sampean kok ngomong begitu, ada yang salah?” tanyaku meminta penjelasan .
“Iya, hilang tuh permen satu toples, masa sampean tidak tahu” jelas istriku.
“Tadi malam aku tidak melayani orang beli permen, aku juga tidak penah meninggalkan warung sedetikpun” aku mencoba untuk menjelaskan.
Semalam memang aku yang berjaga warung, karena istriku sedang mengiuti kegiatan pengajian rutin khusus jama’ah wanita di kampung. Kami memang buka warung kecil-kecilan.
“Ya sudah kalau begitu, mungkin hilangnya pas aku yang jaga. Gak apa-apa Yah, aku ihlaskan saja”, suara istriku merendah.
“Iya Bu, di ikhlaskan saja, anggap saja sodakoh, mungkin yang mengambil sedang butuh” aku mendukung keikhlasn istriku atas hilangnya salah satu dagangannya.
……………………………………………………oooOOOoo……………………………………………………………………
Sore harinya aku pulang kerja seperti biasa. Aku agak merasa aneh, ketika di depan pintu banyak sandal.
“Siapa didalam, siapa pula mereka?” tanyaku dalam hati. Segera aku turun dari motor, karena aku ingin tahu siapa tamunya.
“Assalamu’alaikum”, aku memberi salam pada mereka yang ada didalam rumah, dan segera masuk ke dalam.
“Wa’alaikum salam”, terdengar suara serempak membalas salam. Rupanya ada sekitar enam atau tujuh ibu-ibu didalam rumah.
Entah karena mereka sudah lama bertamu, atau karena kedatangnku, mereka semua pamit pulang. Istriku tidak mengatakan apa-apa kepadaku, akupun juga tidak mempertanyakan kedatangan mereka.
…………………………………………………oooOOOooo……………………………………………………………………….
“Yah, aku mau cerita mengenai kedatangan ibu-ibu tadi”, kata istriku setelah kami selesai sholat isya’
“Ceritakan saja Bu, tidak usah ragu, aku selalu bersedia mendengarkan curhatmu” kataku melucu dan menggoda istriku. Aku berpikir pasti akan ada acara ibu-ibu yang melibatkan istriku, sehingga istriku akan minta izin dariku.
“Ibu-ibu tadi ke sini untuk minta maaf kepada kita”, kata istriku.
“Minta maaf? Memangnya salah apa mereka, sehingga mereka harus minta maaf kepada kita?”,tanyaku tidak mengerti.
“Begini Yah, salah satu anak dari ibu-ibu tadi adalah yang mengambil permen kita yang hilangitu ”, istriku menjelaskan.
“Oh begitu, lantas kenapa meraka datang ke kita secara rombongan begitu?”, tanyaku masih belum mengerti.
“Ceritanya begini Yah, Ada tiga anak yang mengambil permen kita, kemudian mereka sembunyikan, karena takut ketahuan, oleh mereka permen itu di titipkan pada si Anu, rupanya si Anu juga takut, akhirnya si Anu juga menitipkan pada si Fulan. Si Fulan akhirnya juga takut . Lima anak tadi ahirnya berembuk untuk menyimpan permen tadi. Rupanya saat berembuk tadi, pembicaraan mereka terdengar oleh tante salah satu dari mereka. Karena malu, tante itu menceritakan kejadian itu pada orang tua mereka. Ibu-ibu tadi adalah orang tua dari anak-anak itu, mereka datang kemari untuk mengembalikan permen itu dan minta maaf kepada kita” , cerita istriku.
“Mmm Begitu ceritanya, bila begitu kejadiannya, tidak usahlah kita perpanjang urusan ini, kita jangan cerita apapun soal ini pada orang lain, kasihan ibu-ibu itu, mereka sudah menanggung malu atas ulah anak-anak mereka. Selain itu pelakunya masih kecil-kecil, toh mereka juga belum menikmati permennya”,Perasaanku iba, mendengar cerita istriku. Ibu-ibu pasti merasa malu.
“Iya Yah, ibu ibu tadi juga pesan begitu, mereka minta untuk tidak menceritakan kejadian ini pada orang ”, kata istriku menambahkan.
Percakapan kami terhenti, karena ada pembeli datang diwarung kami.
Ibu-ibu itu jujur juga ya kalau mereka tidak cerita kepada yang punya warun juga mungkin tidak akan ketahuan..
ReplyDeleteAlhamdulillah... kami punya tetangga yang jujur
Deletesaya jadi ingat jaman kecil, pernah saya mu beli di warung ngajak teman yang nakal, ketika tukang warungnya dipanggil gak keluar keluar, teman saya ngambil premen di toples beberapa biji dan saya ikutan, anak anak kudu dijaga dengan siapa mereka bermain ya pakde
ReplyDeletepakde juga tidak marah, karena dulu pakde waktu kecil juga nakal
Delete