Dilahatnya jam dinding, Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.“Kampung sudah sepi, sudah tidak ada tanda tanda kehidupan, mending lapak aku tutup saja”, kata Cak Nono dalam hati.
Suasa kampung cak Nono, sekarang memang sangat jauh berbeda sembilan puluh derajat dengan suasana beberapa tahun yang lalu. Dahulu kampung cak Nono merupakan daerah lokalisasi yang cukup ternama, yang selalu ramai baik siang atau malam, bahkan tidak ada bedanya kehidupan disiang atau malam hari. Karena kegigihan sang Walikota, tempat itu sekarang telah ditutup. Kampung itu sekarang sepi dan damai, sudah tidak ada lagi orang mabuk-mabukan dijalanan atau sekelompok orang tawuran.
“ Nak sudah sholat?’ tanya cak Nono pada putranya yang sedang asyik nonton tv. Putra cak Nono masih duduk di kelas delapan.
“Sudah Yah”, jawan sang putra.
“Ayo Nak, tidur, sudah malam, besok sekolah”, kata cak Nono pada putranya.
“Ya, Ayah”, Kemudian putra cak Nono berjalan menuju kamar mandi, untuk sikat gigi dan cuci kaki.
“Ayo, Ayah antar ke kamarmu”, kata cak Nono lemah lembut pada putra. Kemudian mereka berdua menaiki tangga ke lantai atas.
“Persiapkan buku-buku , dan perlengkapan alat tulisnya Ya, Nak”, Kata Cak Nono pada putranya.
“Ya, Ayah”, kata putra cak Nono, kemudian dengan segera menyiapkan buku buku pelajaran untu hari besok. Sedang Cak Nono setia menunggu putranya mempersiapkan kelengkapan sekolahnya.
“Sudah Ayah”, kata putra cak Nono, yang sudah selesai mempersiapkan untuk hari besok.
“Assalamu’alaikum”, cak Nono memberikan salam pada putranya, kemudian bergegas meninggalkan kamar putrana.
Cak Nono tidak langsung tidur, dia masih sibuk mempersiapkan barang -barang dagangan. Tiba tiba terdengan suara barang jatuh dari lantai atas. Seketika dia menoleh kearah datangnya suara.
“Inalilahi wainailaihi rojiuun.......”, Cak Nono kaget, dan terbelalak matanya, ternyata yang jatuh adalah sebuah hand phone. “Itukan hand phone putraku”, kata hati cak Nono.
Tak seberapa lama kemudian putra cak Nono turun, sambil menangis. “Maaf Ayah, hand phone ku jatuh”, kata putra cak Nono, suaranya agak tidak jelas, karena berkata sambil menangis.
“ Kenapa bisa jatuh Nak?”, tanya cak Nono, dengan suara lembut, tidak menunjukkan kemarahan
“Waktu aku mau tidur , aku lihat bateraynya mau habis, kemusdian hand phonenya aku charge Ayah, tanpa sengaja kabelnya tertarik kakiku , akhirnya jatuh” anak cak Nono menjelaskan kronologis jatuhnya hand phone, masih dengan tangisnya tersedu .
“Coba lihat, handphone rusak apa tidak”, kata cak Nono pada anaknya. Kemudian putranya mengambil hand phone yang telah jatuh itu, dilihatnya dengan seksama.
“Layarnya pecah Yah”, kata cak Nono masih menangis, sepertinya masih takut dimarahi.
“Bawa kemari Nak”, cak Nono meminta hand phone dibawa kepadanya, setelah hand phone diterima, cak Nono kemudian memeriksa dengan seksama.
“Kelihatannya sudah tidak bisa diperbaiki”, kata Cak Nono.
“Terus aku pakai apa Yah”, tanya putra cak Nono.
“Sementara pakai punya ayah dulu, biar ayah pakai hand phone yang lama”, jawab cak Nono.
“Nanti bila ada rejeki, nanti ayah belikan yang baru, maukan pakai pakai hand phone punya ayah?”, tanya cak Nono.
“Enggak apa apa Ayah“, jawab putranya.
“Ayo, Sekarang kamu tidur”, biar tidak terlambat bangun.
Kemudian putra cak Nono naik ke lantai atas, cak Nono kembali menemani putranya sampai masuk kamar.
Read more